kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga CPO masih rawan terpangkas


Rabu, 25 Februari 2015 / 06:37 WIB
Harga CPO masih rawan terpangkas
ILUSTRASI. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGE)


Reporter: Dina Farisah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih rawan jatuh. Sentimen negatif mengepung pasar, lantaran permintaan masih lesu sementara suplai masih banyak.

Mengutip Bloomberg, Selasa (24/2), CPO  kontrak pengiriman Mei 2015 di Malaysia Derivatives Exchange (MDE) ditutup seharga RM 2.257 atau setara US$ 618,75 per metrik ton (MT).

Harga minyak sawit berhasil naik 0,8%, meski pada perdagangan pagi sempat jatuh ke level RM 2.216 per MT. Ini harga terendah sejak 5 Februari lalu.

Sehari sebelumnya, harga CPO juga tumbang 2,65%. Meski demikian, harganya sudah naik tipis 0,5% dibandingkan akhir tahun lalu. 

Analis Fortis Asia Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, kenaikan itu bersifat teknikal. Meski, ia tak memungkiri ada ekspektasi positif terhadap kebijakan pemerintah Indonesia menaikkan besaran subsidi biodiesel mulai Maret nanti. Program ini dinilai bisa mengerek permintaan CPO untuk campuran biofuel.

Namun, Deddy bilang, prospek harga minyak sawit masih loyo. Saat ini, pelaku pasar beralih menggunakan minyak kedelai sebab harganya lebih murah. Apalagi, Malaysia dikabarkan berencana memberlakukan kembali pajak ekspor CPO sebesar 4,5% mulai Maret. Pemberlakukan pajak ekspor bisa menekan aktivitas penjualan ke luar negeri.

Padahal, permintaan global belum pulih. SGS melaporkan, ekspor Malaysia ke China periode 1-20 Februari 2015 merosot 72% dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya. "Permintaan China tidak begitu besar pada Tahun Baru Imlek, sebab masih memiliki stok," ujar David Ng, analis Phillip Futures di Kuala Lumpur kepada Bloomberg, Selasa (24/2).

Deddy menambahkan, penurunan ekspor Malaysia tidak diimbangi penurunan produksi. Total produksi CPO Indonesia dan Malaysia tahun ini diperkirakan mencapai 51,1 juta ton. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun lalu, 49,2 juta ton.

Tren masih turun

Analis MNC Securities Dian Agusti menduga, tren penurunan harga CPO masih bertahan selama harga minyak mentah dunia masih rapuh. Penurunan harga minyak bakal berimbas tak kunjung berjalannya program penggunaan biofuel sebagai energi alternatif. Akibatnya, permintaan CPO untuk campuran biofuel juga berkurang.

Secara teknikal, kata Deddy, harga CPO juga terlihat masih kesulitan menanjak. Apabila terjadi rebound, lebih bersifat teknikal. 

Harga berada di atas moving average (MA) 50, namun masih terperangkap di bawah MA 100 dan 200. Lalu, indiaktor RSI berada di area 47%. Pergerakan di bawah level 50% menunjukkan tren penurunan masih terbuka. Namun, MACD sudah berada di area positif 6, dan stochastic berada di level 58%.

Prediksi Deddy, hingga akhir pekan ini, harga CPO bergerak di kisaran RM 2.100-RM 2.350 per MT. Sementara Dian menduga, harga minyak sawit bergulir antara RM 2.200-RM 2.280 per MT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×