kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.951.000   23.000   1,19%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Ini alasan kekayaan saham konglomerat meningkat


Senin, 29 Januari 2018 / 21:50 WIB
Ini alasan kekayaan saham konglomerat meningkat


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat. Saham-saham konglomerasi didalamnya turut meningkat. Alhasil, kekayaan konglomerat pemilik saham-saham emiten tersebut ikut meningkat.

David Sutyanto, analis First Asia Capital mengatakan, makro ekonomi Indonesia saat ini sangat kondusif. Salah satunya tercermin dari langkah Fitch Ratings kembali menaikkan rating Indonesia satu grade di atas rating investasi. Hal ini tentu membuat asing bakal melirik pasar modal lokal. Pada saat yang bersamaan, investor lokal sudah lebih dulu menggali potensi ini.

"Lokal memburu saham blue chip, karena mereka tahu asing akan langsung berburu saham blue chip saat mereka masuk," kata David. Ini mengapa sejumlah saham konglomerasi keping biru itu melesat sehingga mengerek kekayaan para pemiliknya.

Valuasi seperti price earning ratio (PER) memang jadi pertimbangan. Tapi, kecenderungan valuasi mahal masih terkompensasi oleh manisnya prospek. Valuasi baru menjadi pertimbangan saat pasar mulai kembali bearish. "Karena pasti ada bearish di tengah bullish," imbuh David.

Satu saham yang cukup menjadi sorotan adalah PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP). Saham ini memang saham milik konglomerat, tapi bukan blue chip.

Aditya Perdana Putra, analis Semesta Indovest menjelaskan, saham INKP terdorong naiknya harga komoditas kertas secara tahunan sekitar 30% dari menjadi US$ 1.029 per ton dari sebelumnya US$ 789 per ton.

Sejatinya, ada saham emiten kertas lain, yakni PT Kertas Basuki Rachmat Tbk (KBRI). Tapi, saham ini tercecer di zona saham gocap. PER KBRI juga minus 4,17 kali. Berbeda dengan INKP yang jauh lebih likuid dengan PER yang positif, 9,09 kali.

"Justru tahun ini, Grup Sinarmas akan disetir oleh saham INKP, bukan saham dari sektor propertinya," kata Aditya. Sebab, menurutnya, daya beli masyarakat untuk memiliki rumah, terutama rumah kedua dan seterusnya belum sepenuhnya bergairah. Kondisi sektor properti tahun ini tidak berbeda jauh seperti kondisi tahun lalu.

Aditya menambahkan, sektor saham perbankan dan komoditas batubara masih akan menjadi favorit tahun ini. Sehingga, kekayaan para konglomerat tersebut juga akan dipengaruhi oleh sentimen ini.

Publik juga bisa berpeluang menambah kekayaannya memanfaatkan sentimen seperti yang tengah dirasakan para konglomerat. "Publik setidaknya bisa memperoleh gain dan juga dividen dari saham-saham itu," pungkas Aditya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×