Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Amal Ihsan
JAKARTA. PT Buana Capital menjadi salah satu pembeli siaga alias stand by buyer right issue senilai Rp 7 triliun yang diterbitkan PT Dyviacom Intrabumi Tbk (DNET). Buana Capital menilai right issue ini memiliki manfaat yang besar.
"Right issue DNET memiliki tujuan yang mulia," ucap Pieter Sanusi, Komisaris Utama Buana Capital, seusai kegiatan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) DNET, pada malam akhir pekan lalu.
Menurutnya, dengan rencana DNET untuk mengalokasikan sekitar 37,65% duit hasil right issue, atau setara Rp 2,62 triliun, untuk mengempit 738,72 juta saham atau 40% saham PT Indomarco Prismatama (IDM) akan memberikan dampak positif bagi berbagai pihak.
Dari sisi DNET sendiri, right issue tersebut bisa menjadi langkah awal DNET untuk memiliki kendaraan investasi yang baru. Dengan duit sebesar itu pula maka IDM bisa menambah gerai baru yang lebih banyak. Otomatis, hal ini juga membuka lapangan kerja lebih besar.
Lalu untuk PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) dan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), right issue ini membuat dua emiten tersebut memiliki bekingan yang lebih kuat. "Jadi, memberikan keuntungan mulai dari pasar modal hingga sektor riil sekalipun," imbuh Pieter.
Nah, kembali ke masalah bisnis, right issue DNET mampu membuat kinerja emiten informatika ini lebih mengkilap untuk jangka panjang. Maklum, sektor consumer goods yang digeluti oleh tiga emiten Salim Group tersebut termasuk sektor yang kebal terhadap isu - isu politik dan resesi perekonomian. Soalnya, meski terjadi gejolak politik maupun ekonomi, masyarakat tetap memikirkan masalah perut.
Masyarakat tetap akan terus melakukan kegiatan konsumsi yang pada akhirnya memberikan pemasukan oke bagi emiten yang bergerak di bidang consumer goods. Soalnya, masyarakat kita, kan, konsumtif. Tingkatan itu juga bakal terus meningkat seiring naiknya upah minimum.
Tapi, sebelumnya beredar isu jika langkah DNET berinvestasi di tiga perusahaan consumer goods itu merupakan upaya mereka untuk merontokan dominasi Alfarmat. Namun, Pieter menampik hal tersebut.
"Sekarang orang lebih tertarik dengan one stop shopping. Kalo kita punya tiga consumer goods orang bakal pilih itu. Satu consumer goods saja menarik, tapi kalau ada tiga, kenapa enggak? Dengan begitu investor memiliki lebih banyak pilihan. Jadi, ini bukan semata - mata masalah persaingan," jelas Pieter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News