Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah spot mengakhiri perdagangan pekan ini dengan kinerja yang kurang memuaskan. Pada hari Jumat (1/7), rupiah ditutup terkoreksi 0,27% ke Rp 14.943 per dolar Amerika Serikat (AS). Alhasil, dalam sepekan terakhir, rupiah di pasar spot sudah melemah 0,63%.
Tren serupa juga terjadi di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia (BI). Mata uang Garuda ini ditutup di level Rp 14.956 per dolar AS atau terkoreksi 0,50%. Sementara jika dihitung dalam sepekan, pelemahan sudah sebesar 0,74%.
Research and Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengungkapkan, pasar bereaksi atas pengumuman data inflasi yang diumumkan BPS. Inflasi pada Juni 2022 tercatat 0,61% dibandingkan bulan sebelumnya (MoM). Secara tahunan (YoY), inflasi Juni 2022 berada di 4,35%.
“Angka tersebut di atas proyeksi BI yang pada akhirnya membuat pasar memprediksi BI akan menaikkan suku bunga pada Juli 2022 sebesar 25 bps,” ujar Nanang kepada Kontan.co.id, Jumat (1/7).
Baca Juga: Rupiah Kembali Anjlok, Ditutup ke Level Rp 14.943 Per Dolar AS, Terburuk Sejak Mei
Sementara dari eksternal, ia menyebut sentimen negatif masih membayangi rupiah. Katalis seperti kinerja bursa global yang lesu, kekhawatiran datangnya resesi yang dipicu oleh kenaikan suku bunga dan perang Ukraina-Rusia telah menekan rupiah dalam sepekan terakhir.
Apalagi pada pekan ini intelijen AS memperkirakan Vladimir Putin masih berambisi untuk menguasai sebagian besar wilayah Ukraina. Sehingga, menurutnya peluang perang dapat diakhiri sebelum musim dingin menjadi lebih kecil kemungkinannya.
Menurutnya, berlanjutnya perang akan berdampak terhadap harga minyak yang tinggi. Hal ini bisa saja membuat laju inflasi AS belum akan melambat dalam waktu dekat.
Sementara pada pekan depan, dia menyebut beberapa sentimen tersebut kemungkinan akan membuat pergerakan dolar masih mengalami penguatan sehingga rupiah masih berada dalam tren negatif.
Baca Juga: Gubernur BI Perry Warjiyo Tegaskan Bank Sentral Tak Buru-Buru Naikkan Suku Bunga
“Pasar akan mencoba menggerek rupiah pada psikologis area Rp 15.000 per dolar AS, dengan asumsi penguatan dolar di tengah beberapa event penting yang terjadi di antaranya FOMC minutes dan data ketenagakerjaan AS,” imbuhnya.
Di samping itu, ia juga melihat pada pekan depan, pasar global akan mencermati bagaimana bank sentral Australia (RBA). Diperkirkan, RBA akan menaikkan suku 50 bps menjadi 1,35%, di mana pada pertemuan sebelumnya suku bunga sudah dinaikkan 50 bps
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News