Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Besarnya beban eksternal masih jadi pemicu terseretnya rupiah dalam pelemahan walau dalam rentang sempit. Pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) yang memperlihatkan inflasi terkendali dengan deflasi 0,02% bulan Maret tak memperkuat otot rupiah terhadap dollar AS.
Di pasar spot, Senin (3/4) valuasi rupiah tergelincir 0,02% ke level Rp 13.325 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Serupa di kurs tengah Bank Indonesia, posisi rupiah melemah 0,02% ke level Rp 13.324 per dollar AS.
Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menjelaskan pelemahan terjadi karena tumbuhnya optimisme pasar akan peluang kenaikan suku bunga The Fed pada Juni 2017 mendatang.
Hal ini menyusul positifnya pernyataan para pejabat The Fed dalam beberapa waktu terakhir. Ditambah dengan sajian data pertumbuhan ekonomi AS kuartal empat 2016 yang tumbuh lebih baik dari kuartal sebelumnya akhir pekan lalu.
“Memasuki bulan baru pasar sedang menanti data ketenagakerjaan yang akan rilis akhir pekan. Sampai saat ini data-data tersebut diduga akan tumbuh positif,” ujar Putu. Selama hal tersebut masih membalut pergerakan pasar, sulit bagi mata uang dunia lainnya untuk mengungguli USD termasuk rupiah.
Ditambah lagi, pasar juga masih dibalut kecemasan pemisahan diri Britania Raya dari Uni Eropa yang sudah mulai berlangsung sejak akhir pekan lalu. “Sehingga memang dari eksternal bayangnya masih negatif dan untuk sesaat aset berisiko dihindari. Maka wajar rupiah dalam posisi tidak menguntungkan,” jelas Putu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News