kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.098.000   -17.000   -0,80%
  • USD/IDR 16.571   109,00   0,66%
  • IDX 8.008   -16,75   -0,21%
  • KOMPAS100 1.116   -7,41   -0,66%
  • LQ45 809   -5,92   -0,73%
  • ISSI 276   0,10   0,04%
  • IDX30 421   -3,05   -0,72%
  • IDXHIDIV20 483   -7,14   -1,46%
  • IDX80 123   -0,71   -0,57%
  • IDXV30 132   -1,87   -1,40%
  • IDXQ30 134   -2,10   -1,54%

Inflasi China ikut memangkas harga minyak mentah


Sabtu, 16 April 2011 / 09:05 WIB
Inflasi China ikut memangkas harga minyak mentah
ILUSTRASI. Orangtua berperan penting untuk mengajarkan kesehatan mental anak-anak. ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi/aww.


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Edy Can

JAKARTA. Harga minyak mentah kembali surut pada penutupan akhir pekan ini. Nilai kontrak minyak mentah jenis West Texas Intermediate untuk pengiriman Mei 2011 di bursa New York, Jumat (15/4), terkoreksi 0,53% menjadi US$ 107,54 per barel. Dihitung sejak pekan lalu (8/4), harganya sudah melorot 4,65%.

Koreksi harga minyak mentah memimpin penurunan harga komoditas lain seperti minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Kontrak CPO untuk pengiriman Juni 2011 di Bursa Malaysia menyentuh US$ 1.071,10 per ton. Ini merupakan posisi terendah harga CPO sejak empat bulan terakhir.

Penurunan harga komoditas juga tergambar dalam laju indeks CRB Reuters-Jefferies yang dalam sepekan terakhir sudah menurun 2,18%. Indeks itu mencerminkan pergerakan harga 19 komoditas di pasar berjangka dunia.

Ancaman inflasi tinggi di sejumlah negara berpotensi mengurangi permintaan terhadap minyak mentah. Dus, harga komoditas tersebut ikut tergerus.

Biro Statistik China kemarin mengumumkan pertumbuhan ekonomi mencapai 9,7% di kuartal pertama 2011. Di saat yang sama, tingkat inflasi di Negeri Tembok Raksasa itu menanjak menjadi 5,4%. Ini merupakan posisi tertinggi inflasi sejak 2008.

Dua data ekonomi itu melampaui konsensus analis yang disurvei Bloomberg. Para analis memperkirakan ekonomi China tumbuh 9,4% dan inflasi 5,2%. "Data ekonomi China bisa menyebabkan bullish dan bearish di harga komoditas," kata Tetsu Emori, pengelola Astmax Ltd. di Tokyo, seperti dikutip Bloomberg, kemarin.

Situasi seperti ini memang cukup sulit bagi Pemerintah China. Mereka ingin mempertahankan pertumbuhan ekonomi, tapi di sisi lain mereka harus mengendalikan ancaman inflasi tinggi. Meski demikian, para analis meyakini pergerakan harga minyak mentah saat ini memasuki fase konsolidasi.

Harga minyak berpotensi bangkit lagi pada minggu depan. "Sebesar 70% pergerakan harga minyak dipengaruhi isu geopolitik," kata Ibrahim, Analis Senior Harvest International Futures.

Selain itu, hasil pemilihan umum Nigeria juga bakal membayangi pergerakan harga minyak mentah pada pekan depan. "Nigeria adalah penghasil minyak jenis Brent terbesar di kawasan Afrika yakni mencapai 1,9 juta barel per hari," ujar Ibrahim.

Dus, harga minyak mentah berpotensi menguat. Ibrahim memperkirakan harga minyak pada minggu depan di rentang US$ 110-US$ 114 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×