kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi Berpotensi Naik, Reksadana Pasar Uang Bisa Jadi Pilihan Investasi Menarik


Sabtu, 24 September 2022 / 07:51 WIB
Inflasi Berpotensi Naik, Reksadana Pasar Uang Bisa Jadi Pilihan Investasi Menarik
ILUSTRASI. Ketika inflasi berpotensi naik, INSIGHT menilai, reksadana pasar uang dapat menjadi salah satu pilihan investasi.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan inflasi berpotensi terjadi sebagai efek dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Ketika kondisi ini rawan menimbulkan ketidakpastian ekonomi, PT Insight Investments Management (INSIGHT) menilai reksadana pasar uang dapat menjadi salah satu pilihan investasi.

INSIGHT menyodorkan kalkulasi dengan perbandingan saat kenaikan harga BBM bersubsidi tahun 2014 lalu. Pada 3 September 2022, pemerintah menaikkan BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar sekitar 30%. Tak jauh berbeda dengan level kenaikan BBM bersubsidi jenis Premium pada 17 November 2014 silam.

Kenaikan harga BBM subsidi saat itu berimbas pada tingkat inflasi bulan November 2014 yang melonjak ke 6,23% secara year on year (YoY), dibandingkan posisi 4,83% pada bulan Oktober 2014. Tingkat inflasi baru ternormalisasi pada tahun berikutnya.

Imbas dari lonjakan inflasi saat itu membuat Bank Indonesia (BI) mengambil kebijakan untuk mengerek suku bunga acuan sebesar 0,25% menjadi 7,75%. Kebijakan moneter ini diambil untuk meredam kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok dan jasa.

Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap Diperkirakan Masih akan Bergerak Volatile

Direktur Insight Investments Management, Ria Meristika Warganda, melihat kenaikan harga BBM bersubsidi tahun ini juga punya potensi mendongkrak inflasi, jika berkaca dari data historis 2014. Perkiraannya, setiap 10% kenaikan harga BBM jenis Pertalite akan berpotensi menaikkan inflasi sekitar 0,27%.

"Momen kenaikan harga BBM bersubsidi 2014 silam bisa menjadi acuan bagi para investor untuk kembali mengamati jenis instrumen investasi apa yang cenderung lebih stabil dan tidak mengalami volatilitas tinggi saat kondisi ekonomi kurang baik," kata Ria dalam keterangan tertulis yang dikutip Sabtu (24/9).

Menurut Ria, salah satu pilihan instrumen investasi yang dapat diandalkan dalam kondisi ketidakpastian adalah reksadana pasar uang. Dapat juga diamati kinerja indeks Reksadana Infovesta Money Market Fund Index yang tetap tumbuh stabil dan tidak mengalami volatilitas tinggi selama satu tahun setelah kenaikan harga BBM bersubsidi.

Dari aspek pertumbuhan unit penyertaan (UP) reksadana pasar uang, masih bisa tumbuh 11,4%. "Hal ini menunjukkan strategi investasi dari berbagai investor yang beralih ke reksa dana pasar uang untuk menghindari dampak negatif dari volatilitas pasar pada masa itu," kata Ria.

Ria membeberkan, INSIGHT memiliki produk reksadana pasar uang, yakni Insight Money (Reksa Dana I-Money). Secara historikal, pertumbuhan return Reksa Dana I-Money selama satu tahun terakhir per 31 Agustus 2022 masih mengungguli benchmark reksadana pasar uang, dengan kinerja tahan banting saat menghadapai berbagai volatilitas pada tahun ini.

Ria menyebut, reksadana yang diluncurkan sejak 26 Agustus 2015 ini juga sudah menunjukkan historikal performa yang stabil. Tampak dari keberhasilan melewati berbagai fase volatilitas pasar seperti devaluasi yuan (2015), perang dagang (2018), dan pandemi covid-19 (2020).

Menurut Ria, stabilnya kinerja return dari Reksa Dana I-Money karena mayoritas underlying asset-nya berupa efek utang yang akan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Durasi yang lebih rendah ini menyebabkan sensitivitas harga terhadap perubahan suku bunga juga lebih rendah, sehingga membuatnya lebih stabil atau less volatile.

"Selain itu, pada Reksa Dana I-Money ada fitur CSR. Sehingga berkesempatan untuk dapat berinvestasi sambil berkontribusi sosial kepada yang membutuhkan," kata Ria.

Baca Juga: Hindari Efek Kenaikan Bunga, MI Perbanyak Obligasi Melalui Pasar Perdana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×