kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.917   13,00   0,08%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Industri Semen Hadapi Kondisi Oversupply, Cermati Rekomendasi Analis


Rabu, 08 Mei 2024 / 18:40 WIB
Industri Semen Hadapi Kondisi Oversupply, Cermati Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Pekerja memindahkan semen kiriman dari pabrik di gudang distribusi Semen Gresik di Jakarta, Senin (21/11). Industri Semen Hadapi Kondisi Oversupply, Analis Beberkan Prospek Emitennya


Reporter: Muhammad Musa | Editor: Noverius Laoli

Sementara Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta melihat, adanya penurunan kinerja industri semen di kuartal I-2024 terutama pada sisi bottom line. Menurutnya,  kondisi oversupply industri semen masih berlaku di tahun ini terlebih pada kuartal II-2024.

Selain oversupply, dirinya melihat, kenaikan bahan baku juga perlu untuk dicermati. Adapun dari sisi permintaan semen memiliki kaitan erat dengan pembangunan infrastruktur baik dalam proyek strategis nasional milik pemerintah maupun juga infrastruktur swasta.

“Berkenaan dengan proyek ini terlihat cukup banyak, kemudian juga terdapat dukungan dari pembangunan ekonomi yang cenderung stabil,” terang Nafan kepada Kontan, Selasa (7/5).

Baca Juga: INTP Bisa Tumbuh tapi Terbatas

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi mengatakan, kondisi pelemahan pada sektor semen yang ada bergantung pada beberapa hal. Di antaranya permintaan pasar konstruksi, harga bahan baku, dan strategi operasional perusahaan, serta ketidakpastian ekonomi.

Menurutnya, perseroan perlu fokus pada strategi optimalisasi efisiensi produksi, diversifikasi produk, dan ekspansi ke pasar yang berkembang. Dalam mendorong produksi hal yang bisa dilakukan antara lain peningkatan efisiensi operasional, investasi dalam teknologi produksi yang lebih efisien, serta penyesuaian kapasitas produksi dengan permintaan pasar yang berubah.

Reza merekomendasikan untuk beli SMGR dengan target harga Rp 9.200 dengan alasan kinerja positif berupa pertumbuhan pendapatan sebesar 6,24% secara tahunan menjadi Rp 38,65 triliun pada 2023.

Baca Juga: Usai Libur Lebaran, Tiga Emiten LQ45 Ini Siap Buyback Saham

Sedangkan, rekomendasi jual untuk INTP dengan target harga Rp 9.380 hal ini didasari atas capaian pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan SMGR, meskipun INTP meraih laba bersih yang positif pada 2023.

Selanjutnya, Nafan cenderung “hold” terhadap saham SMGR dengan target harga Rp 4.870, SMBR berkisar di harga Rp 214, dan INTP di harga Rp 7.500.

Sedangkan, Miftahul mimilih untuk “trading buy” pada saham SMGR di level Rp 4.810, SMBR dengan “trading buy” di angka Rp 242, dan cenderung “wait and see” untuk saham INTP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×