CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Industri manufaktur melemah, emiten farmasi ikut tertekan


Selasa, 01 Oktober 2019 / 17:26 WIB
Industri manufaktur melemah, emiten farmasi ikut tertekan
ILUSTRASI. Obat - industri farmasi


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia kembali tertekan di kuartal III-2019. Buktinya saja selama September 2019 PMI Manufaktur Indonesia berada di posisi 49,1 dari sebelumnya pada Agustus di 49,0. Walau naik sedikit, sektor ini masih stagnan karena berbagai macam persoalan.

Melansir dari riset IHS Markit (1/10), ada beberapa masalah yang dialami perusahaan manufaktur di penghujung kuartal III-2019. Pertama, tekanan biaya jual karena perusahaan memberikan diskon untuk meningkatkan volume penjualan.

Kedua, kenaikan harga bahan baku sehingga perusahaan mengurangi aktivitas pembelian. 

Baca Juga: Mengulik prospek Indofarma (INAF) setelah jalin kerjasama dengan perusahaan Korea

Ketiga, inventaris yang menumpuk di tengah penjualan yang melemah.

Ternyata kondisi ini ikut mempengaruhi sektor farmasi. Sebut saja PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) yang ikut kena dampaknya.

Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius menyatakan kegiatan manufaktur di farmasi bervariasi tergantung jenis produknya.

“Misalnya kegiatan manufaktur untuk memasok kebutuhan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan diperkirakan meningkat, sedangkan makanan minuman kesehatan cenderung flat,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (1/10).

Vidjongtius menjelaskan penyebab segmen makan dan minuman kesehatan yang stagnan karena terjadi pergeseran permintaan dari segmen menengah ke atas ke segmen yang lebih murah. Namun, Vidjongtius meyakini secara total segmen ini masih tetap tumbuh positif.

Kendati demikian, Vidjongtius belum bisa membeberkan proyeksi kinerja di kuartal III karena belum ada hasilnya. Namun kalaupun hasilnya menurun, Vidjongtius mengakui KLBF akan meningkatkan penetrasi pasar menjadi lebih luas lagi.

Direktur Keuangan PT Indofarma Tbk (INAF) Herry Triyatno mengakui masalah yang dijabarkan IHS Markit juga terjadi di industri farmasi khususnya ke INAF.

“Kejadian sama terutama adanya penurunan harga jual karena penjualan melalui e-catalog yang harganya cenderung terus menurun,” jelasnya.

Di sisi lain menurut Herry harga bahan baku juga meningkat karena kelangkaan. Beban overhead juga tumbuh karena UMR terus naik dari tahun ke tahun.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×