kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri mamin masih akan tertekan, simak saham-saham rekomendasi analis


Selasa, 16 Februari 2021 / 19:25 WIB
Industri mamin masih akan tertekan, simak saham-saham rekomendasi analis
ILUSTRASI. Industri mamin masih akan tertekan, simak saham-saham rekomendasi analis


Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri makanan dan minuman menjadi salah satu sektor yang tertekan di tahun 2020. Pandemi Covid-19 disebut-sebut menekan daya beli masyarakat.

Analis Mirae Asset Sekuritas dalam acara daring Stock on Fire mengungkapkan, pelemahan daya beli ini tercermin dari data pertumbuhan ekonomi tahun 2020 yang terkontraksi 2,07% secara  year on year (yoy).

"Penurunan terbesar disebabkan oleh menurunnya konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga terhadap PDB itu menyumbang 57%  atau lebih dari setengahnya," jelas  Investment Information Team Mirae Asset Sekuritas Martha Chirstina, Selasa (16/2).

Adapun industri makanan dan minuman berkontribusi hingga 23,8% terhadap PDB.

Kendati demikian, Martha menganggap saham-saham di sektor makanan dan minuman masih memiliki potensi ke depan, Mengingat jumlah penduduk Indonesia saat ini sudah mencapai 270 juta orang. Di mana 70% dari masyarakat berada dalam usia produktif yang memiliki tingkatan konsumsi tinggi.

Baca Juga: Pemerintah yakin, diskon PPnBM mobil akan jadi penggerak ekonomi kuartal I-2021

"Ini katalis baik untutk sektor makanan dan minuman. Bonus demografi akan berlangsung  kurang lebih 15 tahun ke depan. Itu hingga 2036, tingkat konsumsi masih akan tinggi," imbuhnya.

Tidak jauh berbeda, Analis NH Korindo Sekuritas Putu Chantika mengungkapkan, sektor makanan dan minuman masih menarik untuk prospek jangka panjang.

"Saham-saham FMCG masih cukup menarik. Namun, kami menyarankan untuk lebih selektif dalam mengkoleksi saham-saham di sektor ini," ungkapnya ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (16/2).

Lebih lanjut ia mengungkapkan, industri makanan dan minuman saat ini masih akan tertekan lantaran daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya dan juga tren kenaikan untuk beberapa harga komoditas.

Mempertimbangkan hal tersebut, ia cenderung merekomendasikan saham-saham dengan fundamental baik dan valuasi yang relatif murah. Misalnya, buy ICBP dengan target harga Rp 12.150, INDF dengan target harga Rp 8.000, dan  MYOR dengan target harga Rp 2.700.

Baca Juga: Ini jenis mobil lengkap yang dapat insentif pajak 0% per 1 Maret, dan alasan Kemkeu

Senada, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai tekanan pada industri makanan dan minuman masih cukup besar pada kuartal I dan II tahun ini.

Untuk kuartal I 2021 ini daya beli dan inflasi diproyeksikan masih rendah hal tersebut seiring dengan ketatnya aktivitas sebagai dampak dari PPKM dan juga dampak dari pandemi yang masih besar di awal tahun ini.  

Sementara di kuartal II 2021 diprediksi akan ada pengetatan mengingat  siklus bulan ramadhan dan hari raya dapat berbeda dari tahun biasanya. Sedangkan umumnya pada momentum tersebut masyarakat cenderung mengeluarkan pendapatannya.

" Untuk saat ini saham - saham dalam sektor makanan minuman masih berpotensi mengalami perlambatan kinerja, hal tersebut seiringan dengan daya beli masyarakat yang belum benar-benar pulih," kata Okie kepada Kontan.co.id, Selasa (16/2).

Ia pun merekomendasikan ICBP buy dengan target harga Rp 10.175, INDF buy buy dengan target harga Rp 7.650, UNVR hold dengan taregta harga Rp 7.500, dan  MYOR hold dengan target harga Rp 2.750.

Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas melihat saham yang tidak terlalu besar seperti HOKI dan PMMP. Keduanya dijagokan karena memiliki rencana yang menarik ke depan.

Baca Juga: Insentif pajak mobil menjadi stimulus bagi masyarakat menengah-atas

HOKI  masih menarik karena memiliki rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga 95 ton per jam di akhir tahun 2022. Asal tahu saja, saat ini HOKI memiliki kapasitas sebesar 55 ton per jam. Pangsa pasar HOKI yang merupakan kelas menegah menambah sisi kemenarikan HOKI karena jumlah penduduk kelas menegah terus meningkat.

Di sisi lain, emiten PMMP yang bergerak di bidang pengolahan, pembekuan, dan perdagangan udang juga dinilai atraktif. PMMP memiliki rencana untuk membangun fasilitas produksi ke-8 menggunanakan dana hasil  Initial Public Offering (IPO). Asal tahu saja, PMMP yang melantai di bursa pada 18 Desember 2020 itu  mengantongi dana segar hingga Rp 118 miliar.

Kendati keduanya menarik, Martha mengungkapkan bahwa masing-masing memiliki kelemahan yang musti diperhatikan. HOKI misalnya, menurut Martha harganya saat ini tergolong premium. Lebih lanjut diungkapkan bahwa PE-nya mencapai 75 kali dan PBV-nya 4,5 kali.

Berbeda, PMMP memang masih tergolong murah dengan PE-nya 4,6 kali dan PBV-nya 0,8 kali. Akan tetapi, PMMP memiliki rasio utang jangka pendek yang tinggi. Bahkan biaya bunga perusahaan mencapai 50% dari operating profit perusahaan.

" Utangnya tinggi karena perusahaan ini pengolahan udang. Bahan baku udang tidak tersedia sepanjang tahun. Oleh karenanya, perlu memikiki pasokan atau persediaan yang banyak. Tingkat persediaan yang banyak itu membutuhkan modal kerja yang cukup tinggi," tutupnya.

Selanjutnya: Ada wacana cukai minuman berpemanis, ini tanggapan Kino Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×