Reporter: Dina Farisah | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. India memborong minyak sawit mentah, saat harga komoditas itu melandai. Harga crude palm oil (CPO) pun kembali menanjak.
Kontrak CPO pengiriman Desember 2012 di Bursa Derivatif Malaysia, Rabu (10/10) pukul 15.00 WIB, senilai RM 2.463. Artinya harga CPO naik 1,02% dibanding hari sebelumnya. Namun, jika dibandingkan bulan lalu, harga CPO turun 17%.
Menurut survei Bloomberg, pembelian CPO dari India naik 4% dari 912.341 ton di tahun lalu menjadi 950.000 ton bulan lalu. Survei menunjukkan, impor minyak sawit mentah dan olahan meningkat 8% dari 692.200 ton, menjadi 750.000 ton.
Harga minyak sawit telah merosot 19% sejak akhir Agustus, seiring kenaikan stok di negara produsen terbesar CPO, yakni Indonesia dan Malaysia ke rekor tertinggi.
Penyebab lain adalah, menurunnya permintaan produk berbasis CPO dari China akibat perlambatan ekonomi global. Meningkatnya impor dari India dapat membantu mengurangi persediaan di Asia saat memasuki musim panen. "Harga jatuh selama satu bulan terakhir,” kata Sandeep Bajoria, CEO Sunvin Broker Group di Mumbai kepada Bloomberg.
Tren menurun
Langkah Indonesia dan Malaysia mengendalikan produksi, menurut Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri, bisa menahan harga CPO. Namun, menurut dia, dampak strategi itu baru terlihat dalam jangka panjang. “Harga CPO akan naik tiga tahun ke depan,” ujar Kiswoyo, Rabu (10/10).
Kiswoyo menambahkan, harga CPO naik perlahan karena penurunan harga sudah terlalu tajam. Selain itu, stok CPO di Malaysia mulai digunakan untuk biodiesel. Akibatnya stok mulai berkurang dan harga kembali terangkat.
Ariana Nur Akbar, Analis Monex Investindo Futures, menilai, harga CPO secara teknikal masih berpotensi melemah. Moving average 50, 100 dan 200 menunjukkan sinyal penurunan harga CPO. Artinya, secara keseluruhan, harga CPO cenderung koreksi. Moving average convergence divergence (MACD) bergerak di kisaran negatif. Sementara stochastic masih di level 20.
Ariana memproyeksi, harga CPO berpotensi menurun dalam sepekan di level support RM 2.438, RM 2.362 dan RM 2.287. Sedangkan level resistance untuk CPO berada di RM 2.508, RM 2.682 serta RM 3.077 per ton.
Kiswoyo memprediksi, harga CPO masih cenderung turun. Kisaran support untuk CPO RM 2.000 - RM 2.200 per ton. Sementara, ressistance berada antara RM 2.800 hingga RM 3.000 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News