Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten barang konsumen Grup Salim PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) memutuskan akan membagikan dividen sebesar Rp 278 per saham. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar Rabu (15/7) menyepakati dividen dibayarkan pada 24 Agustus 2020.
Sementara anak usaha INDF, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) berencana menebar dividen sebesar Rp 215 per saham pada 12 Agustus 2020. Rencana itu telah mengantongi restu pemegang saham dalam RUPST ICBP yang digelar hari ini.
Baca Juga: Indofood Sukses Makmur (INDF) akan bagi dividen Rp 278 per saham
Walau kedua emiten itu mengumumkan akan membagikan dividen, pergerakan harga saham keduanya tidak begitu menarik. Mengutip data dari RTI Business, pada penutupan perdagangan Rabu (15/7), saham INDF justru terkoreksi hingga 1,14% menjadi Rp 6.525. Sementara ICBP tercatat stagnan di Rp 9.450.
Menanggapi hal ini, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan bahwa koreksi yang dialami INDF merupakan hal yang wajar. Ia mengamati, sentimen positif dari pembagian dividen ini sudah menjadi perkiraan pelaku pasar di hari-hari sebelumnya, sehingga harga yang terbantu saat ini sudah priced in. Adapun harga tersebut juga telah memperhatikan sentimen pasar dari aksi akuisisi seluruh saham Pinehill oleh ICBP.
Untuk saham ICBP yang stagnan, Wawan melihat pelaku pasar cenderung wait and see. Mengingat, ketika ICBP mengumumkan akan melakukan aksi akuisisi terhadap seluruh saham Pinehill Company Limited, harganya sempat terkoreksi dalam hingga menyentuh level 8.000.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee juga berpendapat bahwa penurunan yang dialami INDF adalah koreksi yang sehat. Adapun penurunan ini terbentuk karena pelaku pasar melakukan aksi profit taking setelah beberapa waktu yang lalu memanfaatkan momentum koreksi INDF.
Ia beranggapan dividend yield INDF masih menarik. Asal tahu saja, jika menilik penutupan saham INDF pada Rabu (15/7) yang berada di harga Rp 6.525, maka dividend yield yang akan diterima setiap saham mencapai 4,26%.
" Yield-nya masih cukup baik ya sebenarnya, biasanya berada di kisaran 3%," ungkap Hans Kwee ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (15/7).
Ke depan, saham INDF masih memiliki prospek positif terdorong oleh aksi akuisisi ICBP terhadap saham Pinehill. Sejauh ini ia memperhitungkan, nilai transaksi untuk memiliki Pinehill itu tidak mahal dan tidak merugikan perusahaan. Sehingga, aksi ini berpotensi menguatkan ICBP di pasar internasional. Hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi INDF sebagai induk usaha.
Walaupun ke depan memiliki prospek yang baik, Hans Kwee justru menyarankan wait and see terlebih dahulu kedua saham itu. Sebab INDF maupun ICBP merupakan saham sektor barang konsumen yang defensif, sehingga harganya tidak akan turun ataupun naik banyak. Ia lebih menjagokan saham-saham sektor perbankan maupun spekulasi di properti atau konstruksi yang sama-sama rendah harganya.
Baca Juga: OJK minta syarat baru atas akuisisi Pinehill, Indofood CPB (ICBP) tunda RUPSLB
Sementara Wawan menyarankan investor yang telah memiliki saham INDF dan ICBP untuk hold secara jangka panjang. Begitu pula bagi investor yang tertarik membeli kedua saham itu saat ini, disarankan untuk menyimpannya dalam jangka panjang. Sebab, dalam satu atau dua tahun ke depan, kondisi keuangan ICBP masih akan terpengaruh aksi akuisisi yang mayoritas didanai dari utang. Hal ini juga berpotensi mempengaruhi INDF sebagai induknya.
Adapun dalam riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, INDF dan ICBP termasuk dalam jajaran saham pilihan di bulan Juli ini. Keduanya menjadi top picks karena sentimen negatif dari aksi akuisisi terhadap Pinehill sudah priced in.
"Dengan asumsi biaya bunga untuk akuisisi itu sebesar 8%, analis konsumen kami menganggap akuisisi tersebut adalah akuisisi accertive," jelas tim riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Minggu (12/7).
Mirae Asset Sekuritas menyarankan buy ICBP dengan target harga Rp 11.900 dan buy INDF dengan target harga Rp 8.600.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News