kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indeks sektor barang konsumen primer turun 11,29% ytd, saham apa yang masih menarik?


Rabu, 21 Juli 2021 / 08:06 WIB
Indeks sektor barang konsumen primer turun 11,29% ytd, saham apa yang masih menarik?
ILUSTRASI. Pergerakan indeks saham sektor consumer non-cyclical atau sektor barang konsumen primer terlihat lesu sejak awal tahun.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pergerakan indeks saham sektor consumer non-cyclical atau sektor barang konsumen primer terlihat lesu sejak awal tahun. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, sektor tersebut turun 11,29% secara year to date (ytd). Penurunannnya menjadi yang terdalam setelah sektor properti dan real estate. 

Analis RHB Sekuritas Michael Wilson mengatakan, penurunan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya, aliran dana pasar atau fund flow yang terpengaruh dengan rencana penggunaan free-float untuk pembobotan bursa. Padahal, kecenderungan sektor ini memiliki free float kurang dari 30%. 

"Dengan rencana IHSG akan menjadi free-float adjusted, weighting sektor staples akan menurun," ungkap Michael kepada kepada Kontan.co.id, Senin (19/7). 

Selain itu, performa sektor barang konsumen primer memang tidak semenarik sektor consumer cylclical atau sektor barang konsumen non-primer. Apalagi jika dikaitkan dengan pemulihan ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan laba akan lebih dirasakan oleh saham-saham cylclical.

Di sisi lain, banyak emiten barang konsumen primer yang membukukan margin lebih rendah saat ini. Hal tersebut tidak terlepas dari kenaikan bahan-bahan baku seperti harga crude palm oil (CPO), minyak, gandum sejak semester II 2021 hingga semester I 2021.

Baca Juga: IHSG diprediksi lanjut melemah pada Rabu (21/7), berikut sentimennya

"Ekonomi masih lesu dalam semester I 2021 tidak memungkinkan perusahaan consumer staples untuk menaikkan harga jual," imbuhnya. 

Sementara itu, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mencermati, pemberat sektor barang konsumen primer sejak awal tahun adalah UNVR yang memiliki bobot cukup besar 18%. 

Adapun saham UNVR masuk ke dalam jajaran 10 top losers sektor barang konsumen primer. Pada penutupan perdagangan Senin (19/7), UNVR tertekan 30,95% ytd menjadi Rp 5.075 per saham.

Lebih lanjut Hendriko mencermati, secara teknikal saham UNVR belum akan mengalami pembalikan harga atau reversal. Sementara, pertumbuhan fundamental UNVR juga mulai terbatas. 

"Sehingga ada potensi terjadi re-rating pada sahamnya karena PE yang cukup tinggi," ujar Hendriko kepada Kontan.co.id, Selasa (20/7). 

Bagi investor yang masih tertarik terhadap saham ini, disarankan menerapkan strategi jangka menegah sambil menunggu reversal secara teknikal. Sementara untuk janga panjang investor perlu menunggu potensi re-rating. 

Michael mengungkapkan, di tengah kondisi ekonomi yang tertekan karena PPKM dan tingginya volatilitas bursa, saham UNVR masih atraktif dari sisi valuasinya. Selain itu, UNVR menarik juga karena saham defensif. 

Selain UNVR, saham yang melorot signifikan seperti AISA dan AALI juga bisa dicermati. Sekadar informasi, sejak awal tahun saham AISA teretak 47,18% menjadi Rp 206 per saham. Sementara itu saham AALI tertekan 35,90% ytd menjadi Rp 7.900 per saham. 

Saham dengan sub industri supermarket dan convenience store mendominasi top gainers sektor barang konsumen primer. Menurut data Bloomberg, MPPA mengalami kenaikan hingga 857,14% ytd menjadi Rp 1.005 per saham. Pertumbuhan ini menjadikannya paling tinggi di antara saham-saham barang konsumen primer lainnya. 

Sementara itu, saham HERO juga menghiasi top gainers. HERO meningkat 118,07% ytd menjadi Rp 1.810 per saham. Adapun RANC juga terkerek 62,84% ytd menjadi Rp 710 per saham. Di sisi lain, ada juga AMRT yang pertumbuhannya tidak kalah signifikan. 

Hendriko mencermati, terkereknya MPPA dan AMRT tidak lepas dari aksi korporasi keduanya. MPPA terdorong kolaborasi dengan GoTo. Sementara itu,  AMRT terdorong kerjasama dengan PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK).

Baca Juga: Seluruh jenis indeks reksadana kompak menguat pada pekan lalu

Untuk RANC, harganya terlihat naik menjelang rilis laporan keuangan tahun 2020. Adapun RANC membukukan kinerja yang apik tahun lalu. Pendapatan bersih konsolidasian tercatat Rp 3.011 miliar atau meningkat 25,6% dari sebelumnya Rp 613 miliar.  Laba bersih RANC juga meningkat 37%  menjadi Rp 76 miliar. 

Sementara itu Michael mencermati, di antara saham-saham supermarket dan convenience store, MPPA paling menarik perhatian. 

"Strategi dengan GoTo akan memberikan angin segar untuk pertumbuhan perusahaan," ujarnya. 

Sekadar informasi, menurut catatan Kontan.co.id sebelumnya, MPPA mengumumkan rencana kemitraan dengan Gojek dengan peluncuran 31 toko virtual di wilayah Jabodetabek di GoMart. 

Kolaborasi tersebut memungkinkan MPPA menghadirkan toko virtual di GoMart untuk memberikan lebih banyak akses dan kenyamanan bagi para pelanggan dalam membeli produk segar, bahan makanan dan kebutuhan rumah tangga melalui kemudahan aplikasi online Gojek yang didukung oleh armada Gojek.

Selanjutnya: Daftar efek dalam pemantauan khusus diluncurkan, ini kriterianya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×