Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks sektor teknologi yang terus berada di zona hijau pada tahun 2021 kini mulai menunjukkan pelemahan. Secara year to date (ytd) sampai dengan Rabu (12/1), IDX Sector Technology tercatat minus 5,22%.
Padahal, pada akhir pekan lalu, indeks tersebut masih tercatat naik 5,52% ytd. Saham PT Bukalapak.com (BUKA), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), dan PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang mendominasi sektor ini juga keluar dari jajaran sepuluh saham teratas leaders IHSG sepanjang 2022 berjalan.
Bahkan, per perdagangan Rabu (12/1), EMTK dan DCII berada di lima besar laggard IHSG. Secara ytd, BUKA turun 2,8% menjadi Rp 418 per saham, EMTK minus 5,7% ke Rp 2.150, dan DCII merosot 6,7% menjadi Rp 41.025 per saham.
Baca Juga: Wall Street Naik karena Data Inflasi Menenangkan Saraf Seputar Kenaikan Suku Bunga
Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar menilai, penurunan yang terjadi pada indeks sektor teknologi masih tergolong wajar. Mengingat, indeks ini sudah naik signifikan hingga ratusan persen pada tahun 2021.
Menurut dia, sebesar 75% kapitalisasi pasar indeks ini juga hanya berasal dari tiga saham, yaitu BUKA, EMTK, dan DCII yang notabene memang tengah terkoreksi. "Dengan begitu, terlalu cepat untuk menyimpulkan bahwa saham-saham teknologi mulai ditinggalkan," tutur Anggaraksa kepada Kontan.co.id, Rabu (12/1).
Anggaraksa juga melihat, prospek saham sektor teknologi masih cukup cerah seiring dengan adanya rencana sejumlah unicorn maupun perusahaan berbasis teknologi untuk tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Aksi initial public offering (IPO) perusahaan-perusahaan tersebut diyakini akan menjadi katalis positif bagi saham sektor teknologi.
Baca Juga: Harga SUN Seri Benchmark Terkoreksi di Awal Tahun 2022
Otoritas pasar modal juga telah mengeluarkan aturan multiple voting shares (MVS) yang dapat menarik minat perusahaan teknologi untuk IPO di Indonesia. Masyarakat juga masih cukup tertarik dan terus mempelajari saham-saham perusahaan yang berkaitan dengan teknologi, e-commerce, dan digital.
Bernada serupa, Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy melihat, sejauh ini, belum ada sentimen negatif yang secara spesifik berdampak untuk sektor teknologi. "Kami percaya prospek saham-saham teknologi di 2022 masih bagus, terutama dengan adanya hype dari perusahaan teknologi lain yang akan IPO di tahun ini seperti GoTo," kata Paulus.
Menurutnya, koreksi harga yang terjadi pada saham-saham teknologi bisa dijadikan kesempatan untuk mengoleksi sahamnya. Ia menjagokan BUKA karena harga saat ini sudah tergolong rendah.
Pelaku pasar juga mulai melihat adanya kejelasan terkait penggunaan dana IPO BUKA yang mencapai Rp 21,9 triliun. Paulus memasang target harga jangka panjang untuk BUKA di Rp 870 per saham.
Baca Juga: Dana Asing ke Bursa Saham Tercatat Rp 3,42 Triliun dalam Sepekan
Saham sektor keuangan dan energi
Di tengah penurunan saham sektor teknologi, saham sektor keuangan justru bergerak naik 4,06%, menyusul sektor energi yang terkerek 4,09% secara ytd. Leaders IHSG sepanjang 2022 berjalan juga dihiasi oleh saham-saham dari kedua sektor tersebut.
Enam dari sepuluh besar saham leaders IHSG diisi oleh sektor perbankan. Sebut saja PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Bank Mega Tbk (MEGA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) juga masuk dalam daftar sepuluh besar leader IHSG.
Anggaraksa menilai, kenaikan yang terjadi pada saham-saham perbankan didorong oleh minat pelaku pasar yang sangat tertarik dengan tema new economy, termasuk bank digital. Hal itu terlihat dari BBHI dan ARTO yang kini menjadi leader IHSG.
Meskipun begitu, Anggaraksa tetap lebih menjagokan saham-saham berkapitalisasi pasar besar. Beberapa saham yang menarik dicermati serta berpotensi naik kembali adalah BBNI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Baca Juga: Masih Rawan Terkoreksi, Begini Proyeksi IHSG untuk Kamis (13/1)
Paulus pun menilai, saham-saham small caps hingga mid caps memang menarik saat ini. Ia menjagokan saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) karena pertumbuhan penggunanya sangat tinggi. Secara teknikal, pergerakannya juga masih cukup bagus dengan target harga Rp 4.340, dari harga saat ini di Rp 2.270 per saham.
Sementara itu, untuk saham bank berkapitalisasi besar, investor bisa masuk saat sinyal January Effect sudah terlihat. "Saat January Effect, inflow besar akan masuk ke saham berkapitalisasi besar yang kebetulan di BEI didominasi saham blue chip perbankan," ucap Paulus.
Meskipun begitu, menurutnya investor tetap perlu memperhatikan kenaikan angka kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia yang beberapa hari terakhir mulai meninggi. Meski varian omicron relatif memiliki hospitality rate yang rendah, kenaikan kasus ini tetap menjadi sentimen negatif bagi pasar.
Baca Juga: IHSG Melemah Tipis ke 6.647 pada Rabu (12/1), Asing Mencatat Net Buy Rp 483 Miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News