Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks LQ45 mencatatkan pertumbuhan kinerja 0,62% sejak awal tahun atau year to date (ytd). Pertumbuhan ini lebih tinggi dari return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi 0,11% secara ytd.
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengatakan jika di lihat kinerja LQ45 sejak awal bulan ini cukup baik dibandingkan IHSG dan indeks utama yang lain seperti IDX80, KOMPAS100.
"LQ45 mencatat tingkat return MTD sebesar 0,737%. Ada banyak saham big caps yang mencatat tingkat return yang positif sehingga LQ45 mencatat tingkat return yang positif berdasarkan data closing kemarin tanggal 27 Febuari," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (28/2).
Nico menjelaskan, kenaikan saham UNTR didorong sentimen positif dari laporan kinerja keuangan tahun 2022 dan dividend payout ratio yang cukup tinggi. Sementara kenaikan saham PTBA dikarenakan para pelaku pasar melihat saham tersebut masih undervalued dibandingkan rata-rata emiten energi yang lain.
Baca Juga: Asing Banyak Menadah Saham-Saham Ini di Tengah Koreksi IHSG Senin (27/2)
Ia menambahkan, untuk saham SIDO naik karena baru masuk ke dalam indeks LQ45 dengan masuknya SIDO ke LQ45 lebih banyak investor minat beli sahamnya dan tercermin dari kenaikan volume transaksinya.
"SIDO berdasarkan PER masih undervalued dibandingkan sama rata-rata emiten kesehatan. Menurut saya ada potensi kenaikan lebih lanjut sehingga layak dikoleksi terutama jangka panjang karena memiliki bisnis model yang prospektif," ujarnya.
Sementara, Nico melihat anjloknya saham ANTM karena sesuai dengan penurunan harga emas bulan ini. Kalau saham ARTO memang overvalued dari dulu PER jauh lebih tinggi dibandingkan sama rata-rata emiten perbankan top 4. Sementara saham MEDC karena faktor harga gas alam.
Menurut Nico, saham dalam indeks LQ45 terdiri atas beberapa sektor berbeda dan lumayan terdiversifikasi sehingga masih tetap akan prospektif ke depannya karena fundamentals ekonomi Indonesia cukup baik.
"Prospeknya tahun ini baik. Bisa dibilang gerak LQ45 yang mencakup 60% market cap IHSG bisa menjadi cerminan gerak IHSG," jelasnya.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi di Awal Pekan, Saham-Saham Ini Paling Banyak Dijual
Sementara, Analis Henan Putihrai Jono Syafei mengatakan, pergerakan indeks LQ45 masih cenderung dipengaruhi pergerakan saham bank.
Karena bobot saham bank yang besar seperti BBCA, BBRI, BMRI dan mayoritas dipengaruhi oleh aksi jual beli oleh investor asing, sehingga pergerakan saham bank mempengaruhi indeks LQ45.
"Sentimen akhir-akhir ini dipengaruhi sentimen negatif dari bursa global terutama AS karena kekhawatiran The Fed dapat kembali agresif," jelasnya.
Jono melihat kenaikan saham-saham seperti UNTR, SIDO dan PTBA mendapat sentimen positif karena musim laporan kinerja keuangan kuartal IV-2022. Sementara pelemahan saham ARTO dipengaruhi sentimen negatif sektor teknologi global, MEDC dan ANTM dipengaruhi pelemahan harga minyak dan emas.
Baca Juga: Intip Saham-Saham yang Paling Banyak Dilego Asing Selama Sepekan
Menurut Jono, prospek indeks LQ45 tentu tetap menarik karena secara kinerja mayoritas terus bertumbuh, meskipun saat ini harga sahamnya memang terkoreksi.
"Saham seperti ADRO dan JPFA memiliki prospek menarik karena ADRO dipengaruhi musim rilis laporan keuangan dan potensi pembagian dividen, dan JPFA karena menjelang lebaran dan aksi private placement yang akan dilakukan," jelasnya,
Jono mengatakan saham-saham di LQ45 yang dapat diperhatikan antara lain ADRO dengan target terdekat 3.200 dan JPFA dengan target terdekat 1.420.
Di antara beberapa sektoral dalam indeks LQ45, Nico merekomendasikan beli untuk saham perbankan yaitu BBCA dengan target harga di 9.400, BMRI target harga di level 11.000 dan BBRI dengan target harga di 5.200.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News