kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.060   76,41   1,09%
  • KOMPAS100 1.056   15,99   1,54%
  • LQ45 831   13,98   1,71%
  • ISSI 214   1,38   0,65%
  • IDX30 424   7,59   1,82%
  • IDXHIDIV20 511   8,76   1,75%
  • IDX80 120   1,83   1,54%
  • IDXV30 125   0,81   0,66%
  • IDXQ30 141   2,26   1,63%

Indeks Kompas100 dan IDXV 30 terimbas sektor perbankan dan konsumer yang loyo


Kamis, 03 Oktober 2019 / 19:28 WIB
Indeks Kompas100 dan IDXV 30 terimbas sektor perbankan dan konsumer yang loyo
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa Indeks konsituen BEI tercatat masih  loyo. Seolah kompak, indeks KOMPAS 100, Index Value 30, LQ 45 dan IHSG terbakar dan belum mencatatkan return.

Berdasarkan ringkasan data statistik perdagangan harian BEI, Indeks KOMPAS 100 secara year to date masih minus 3,97%. Begitu pula dengan Index Value 30 yang juga secara year to date belum menunjukkan profit. 

IDX V hingga Kamis (3/10) tercatat masih minus 10,63%. Sementara indeks-indeks yang relatif besar tercatat masih minus, indeks kecil seperti Pefindo dan SMC Liquid justru mencatatkan surplus. 

Indeks Pefindo 25 secara year to date tercatat sudah surplus 5,37% dan SMC Liquid tercatat sudah mencatat return 2,47%.

Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia menjelaskan penyebab indeks besar cenderung masih belum profit sejalan dengan pelemahan IHSG yang secara ytd hingga perdagangan Kamis (3/10) masih minus 2,25%. Pelemahan IHSG dipengaruhi oleh pelemahan mayoritas bursa regional Asia, Eropa maupun AS.

Baca Juga: Investor Asing Cemas Prospek Emiten Perbankan, IHSG Hari Ini Melemah Ke 6.038,52

“Pelemahan ini terjadi seiring dengan pelemahan mayoritas bursa regional Asia, Eropa dan indeks futures AS akibat rilis data PMI AS yang tidak sesuai ekspektasi, maka hal ini menimbulkan kekhawatiran investor terhadap resesi yang akan datang.” Jelas Catherina Kamis (3/10).

Menurut Analis Jasa Capital Utama Chris Apriliony, hal ini dikarenakan indeks-indeks besar dan IHSG lebih berpengaruh pada perusahaan-perusahaan yang punya pengaruh lebih besar. Sementara perusahaan-perusahaan kecil lebih dipengaruhi oleh pergerakan individu perusahaannya.

“IHSG naik turun itu bobot setiap perusahaan tidak sama. Ada urutannya bergantung pada market capital. Semakin besar market capital pengaruhnya semakin banyak. Jadi jika BCA TLKM HMSP UNVR ASII turun 1% ya kira-kira IHSG bisa turun 1% juga walaupun perusahaan-perusahaan kecil banyak yang naik,” Tutur Chris.

Pergerakan indeks ini juga dipengaruhi oleh transaksi dana asing yang belakangan banyak keluar dari bursa Indonesia. Pasalnya pasar asing biasanya menyimpan portofolio di perusahaan-perusahaan yang memiliki market cap yang besar. Perusahaan-perusahaan yang memiliki market cap yang besar, biasanya merupakan perusahaan-perusahaan yang dapat dikategorikan sebagai perusahaan besar. 

Gelombang keluarnya asing dari bursa otomatis akan mempengaruhi kinerja dan pergerakan saham perusahaan-perusahaan ini.

Adapun sentimen yang menggerakkan indeks-indeks ini menurut Chris kembali pada sektoral masing-masing emiten yang terdapat di dalam indeks tersebut. 

Catherina menilai masih merosotnya kinerja Indeks KOMPAS 100 dan Indeks Value 30 dipengaruhi oleh lesunya sektor perbankan dan konsumer.

“Kontributor terbesar di indeks KOMPAS100 dan IDXV30 berasal dari sektor perbankan dan consumer, dimana sektor perbankan telah turun 3,91% mom dan konsumer yang turun 8,99% mom. 

Penurunan sektor konsumer didorong oleh isu kenaikan cukai rokok yang mempengaruhi kinerja HMSP hingga turun 39,62% ytd,” tutur Catherina.

Selain sektor perbankan dan konsumer, Chris menilai pergerakan Indeks Value 30 juga ditekan oleh sentimen bisnis kertas yang saat ini masih belum optimal serta jatuhnya sektor konstruksi di antaranya PTPP, ADHI, WIKA, WSBP, WSKT, WTON.

Baca Juga: IHSG bertahan di zona merah satu jam sebelum penutupan perdagangan hari ini

Meskipun jika melihat data statistik harian BEI sektor properti, real estate dan building construction secara ytd menunjukkan surplus 9,24%, Chris menilai hal ini dikarenakan perhitungan didasarkan penggabungan dengan sektor properti yang naik tinggi karena POLU dan MAMI yang dalam 1 bulan ini telah naik 100%. 

Jika dipisahkan dari sektor properti, Chris menyatakan sektor konstruksi merupakan sektor yang jatuh paling dalam.

Hingga akhir tahun, Cathy menurutkan berdasarkan proyeksi Bloomberg, KOMPAS 100 dinilai masih sulit untuk mencatatkan return positif. Sementara HMSP, emiten yang cukup menekan kerja sektoral Indeks KOMPAS 100 dan Indeks Value 30 menurut Catherina., masih akan terpengaruh sentimen kenaikan cukai.

“Menurut proyeksi Bloomberg, Kompas100 akan mengalami pertumbuhan EPS sekitar 12% yoy. Namun untuk potensi penutupan dengan return positif kemungkinan masih sulit. Untuk HMSP sendiri banyak dilepas investor akibat kenaikan tarif cukai FY20F sebesar 23% yang dipercaya akan mempengaruhi kinerja HMSP, namun hingga FY19E kinerja fundamental HMSP diperkirakan masih baik,” kata Catherina.

Nasib kurang beruntung masih berada di pihak IDXV 30. Hingga akhir tahun, Catherina melihat IDXV masih belum akan mencatatkan return positif. Terlepas dari usia Indeks yang cenderung masih baru, sektor finansial yang terdapat di dalam Indeks ini menurut Catherina masih akan jadi pemberat pergerakan Indeks.

Sementara itu, Indeks Pefindo 25 yang saat ini sudah mencatatkan return menurut Catherina masih memiliki prospek yang menarik dengan catatan sektor retail dan properti dapat mempertahankan kontribusi positifnya terhadap Indeks ini. 

Sektor properti menjadi salah satu sektor yang menggerakkan Indeks Pefindo 25 berkat pertumbuhan sektoral yang secara ytd hingga hari ini sudah mencapai 9,24%.

Untuk saham yang menjadi rekomendasi, Catherina merekomendasikan saham BBRI dengan target harga Rp 4.400. BBRI dinilai masih prospektif hingga akhir tahun karena BBRI memiliki pendanaan UMKM yang cukup baik. 

Selain itu harga saham BBRI saat ini juga sudah berada di bawah target harga sehingga cocok untuk diakumulasikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×