Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Indeks dollar yang menunjukkan tren pelemahan berimbas pada naiknya harga minyak. Rabu (10/6) pukul 16.00 WIB, indeks dollar turun 0,5% menjadi 94,692.
Di sisi lain, mengacu data Bloomberg, Rabu (10/6) pukul 14.36 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman bulan Juli 2015 tercatat mencapai US$ 60,95 naik 1,34% dibandingkan hari sebelumnya. Selama sepekan, harga terangkat 2,19%.
Wahyu Tri Wibowo, Analis PT Central Capital Futures memandang, kenaikan harga minyak merupakan dampak dari indeks dollar yang melemah. Memang pekan lalu, AS merilis data perubahan tenaga kerja di luar sektor pertanian alias Non-Farm Employment Change per Mei 2015 yang mencapai 280.000 jiwa, naik ketimbang posisi bulan sebelumnya sebesar 221.000 orang.
"Data ini bagus tapi indeks dollar belum bisa menguat. Karena ada isu kuatnya dollar sebagai ancaman ekonomi mulai berasa di gedung putih. Sepertinya AS mulai gerah kalau dollar menguat terus," terangnya.
Sekadar informasi, mengutip berita Bloomberg (8/6), Presiden AS Barack Obama menuturkan kepada para anggota Konferensi Tingkat Tinggi G-7 bahwa dollar AS yang kuat merupakan suatu masalah. Jika indeks dollar AS kian melemah, lanjut Wahyu, maka harga minyak berpeluang melanjutkan tren kenaikan.
Di sisi lain, Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menilik terkereknya harga minyak belum untuk jangka panjang. Sebab, penurunan stok minyak AS masih diimbangi dengan melubernya pasokan minyak dari negara-negara Timur Tengah dan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak alias Organization of the Petroleum Exportinng Countries (OPEC). Lihat saja, pada bulan April, OPEC memompa 31.579 juta barel per hari, kuota terbanyak sejak Oktober 2012.
Ancaman pasokan minyak yang membludak juga bersumber dari Iran. Rencananya, setelah sanksi internasional mereka dicabut, Iran akan meningkatkan produksi minyak hingga 1 juta barel per hari dalam enam bulan mendatang. "Saya melihat pasokan global sekarang belum akan cukup kuat untuk mengangkat harga minyak dalam jangka panjang," imbuhnya.
Berdasarkan data dari American Petroleum Institute, pasokan minyak Negeri Paman Sam terkoreksi 6,7 juta barel per tanggal 5 Juni 2015. Seirama, dari data Bloomberg, persediaan minyak mentah AS juga menciut 1,5 juta menjadi 475,9 juta barel pekan lalu. Dengan pasokan yang menipis, harga minyak pun terangkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News