kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks dolar AS diproyeksi bakal melaju ke 100 pada tahun depan, ini pendorongnya


Selasa, 07 Desember 2021 / 06:50 WIB
Indeks dolar AS diproyeksi bakal melaju ke 100 pada tahun depan, ini pendorongnya


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sikap The Federal Resevere (The Fed) yang semakin hawkish cenderung mengangkat dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap mata uang lain. Kondisi ini menjadi ancaman bagi mata uang yang negaranya belum ancang-ancang untuk menaikkan suku bunga acuan. 

Dalam jajaran mata uang yang sering dijadikan aset lindung nilai atawa safe haven, seperti yen, dollar kanada, dan franc swiss, posisi dollar AS menjadi jawaranya. 

Mengutip Bloomberg, Senin (6/12), pasangan USD/JPY naik 9,71% secara year to date (ytd). Pasangan mata uang USD/CAD juga menguat 0,31% ytd. Kompak, dollar AS juga masih ungul di hadapan franc swiss. Pasangan USD/CHF tercatat naik 4,65% ytd. 

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri menjelaskan, penguatan dollar AS tidak terlepas dari sikap The Fed yang tiba-tiba berubah menjadi hawkish dengan menganggap inflasi yang terjadi tidak lagi bersifat sementara. Imbas hal ini, pelaku pasar pun mengekspektasikan tapering akan berlangsung lebih cepat dan memicu kenaikan suku bunga acuan AS lebih cepat dari perkiraan.

Baca Juga: Dolar AS menguat terhadap mata uang dunia beberapa waktu terakhir, ini pemicunya

“Pengurangan pembelian obligasi saat ini sebesar US$ 15 miliar per bulan, namun dengan The Fed yang hawkish, bisa saja menjadi US$ 30 miliar per bulan. Hal ini bisa membuat kenaikan suku bunga acuan yang diperkirakan di kuartal III/IV-2022 menjadi kuartal II-2022,” kata Reny kepada Kontan.co.id, Senin (6/12). 

Reny menyebut penguatan indeks dolar AS masih akan terus berlanjut selama belum ada kepastian mengenai timeline ataupun pernyataan dan sikap resmi dari The Fed soal perubahan kebijakan tersebut. Ia memperkirakan, indeks dollar AS masih akan melaju ke arah 97 dalam waktu dekat ini. 

Senada, analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya meyakini sentimen penguatan dolar akan berlangsung hingga kuartal I-2022 ketika The Fed sudah sukses memperketat dana stimulus moneter dengan pelaksanaan tapering yang saat ini berjalan. 

Berdasarkan hitungannya, bukan tidak mungkin indeks dolar AS akan kembali ke kisaran 98-100.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuabi juga memproyeksikan indeks dollar AS di tahun depan berada di level 98. Sementara nilai rentang nilai tukar rupiah di tahun depan Rp 13.900 per dolar AS-Rp 14.700 per dolar AS. 

Kompak, Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono mengatakan dengan asumsi tapering dipercepat maka wacana kenaikan suku bunga The Fed yang lebih cepat juga semakin dipertegas. 

Wahyu memproyeksikan indeks dolar AS akan naik ke 98-100 di tahun depan. "USD berpotensi naik sebagai jawara di tahun depan,"kata Wahyu. 

Research and Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan sikap The Fed yang hawksih memang menguntungkan dolar AS yang menyabet status mata uang safe haven jika dibandingkan dengan mata uang lain. 

Sedangkan, Alwi Assegaf, analis Gobal Kapital Investama memproyeksikan pergerakan dollar AS di satu sisi juga tidak terlepas dipengaruhi sentimen negatif varian omicron. Bagaimana pun pelaku pasar saat ini sedang mengamati perkembangan pandemi Covid-19 dan varian virus lainnya yang mungkin saja berpotensi menahan pertumbuhan ekonomi. 

Baca Juga: Harga emas turun ke US$1.780,36 Kamis pagi, penguatan dolar AS meredupkan daya tarik

Namun, melihat hingga saat ini AS masih percaya diri untuk melakukan kenaikan suku bunga yang lebih cepat, dollar AS masih akan cenderung menguat. 

Sementara itu, dolar AS yang baru berencana menaikkan suku bunga acuannya kalah terhadap mata uang negara yang sudah menaikkan suku bunga acuannya, yaitu dollar selandia baru. Tercatat, pasangan USD/NZD melemah 6,16% ytd. 

Alwi mengatakan dollar selandia baru berhasil menguat dihadapan dollar AS karena Selandia Baru di bulan ini sudah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 0,75%. Prospek pertumbuhan ekonomi Selandia Baru juga didukung tren kenaikan harga komoditas. 

Alwi menilai dari sisi kebijakan moneter, New Zealand lebih unggul dari AS. "Bahkan ada potensi Bank of New Zealand (RBNZ) akan menaikkan suku bunga acuannya kembali dalam waktu dekat, seharusnya mata uang ini bisa dijadikan pilihan investasi juga, meski memang kurang populer," kata Alwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×