kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indah Kiat (INKP) akan bangun pabrik kemasan di Karawang


Rabu, 27 Juni 2018 / 16:50 WIB
Indah Kiat (INKP) akan bangun pabrik kemasan di Karawang
ILUSTRASI. PT Indah Kiat Pulp and Paper


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan tren e-commerce dan industri kemasan di dunia membawa berkah bagi perusahaan kertas. Tak terkecuali bagi PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP).

Direktur INKP Kurniawan Yuwono mengatakan, tren permintaan packaging atau kemasan di dunia diprediksi naik sebesar 3% hingga tahun 2020 mendatang.

Tak mau menyia-nyiakan potensi pasar, INKP berencana membangun pabrik baru yang fokus memproduksi kemasan untuk dijual ke pasar industri. Untuk ekspansi ini, INKP telah menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 618 juta.

"Capex untuk tahun 2018 yang besar terdiri dari pembangunan integrated wide packaging product, lainnya untuk pembangunan tissue boiler dan biaya maintanance," ujar Kurniawan dalam paparan publik, Rabu (27/6).

Pabrik yang berlokasi di Karawang Jawa Barat ini akan berkapasitas 750.000 ton per tahun. Rencananya, akan mulai beroperasi pada kuartal II-2020.

Indah Kiat mulai melirik segmen packaging seperti saudaranya, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM). Sebab, pada kuartal I-2018, TKIM membukukan peningkatan volume penjualan di segmen industrial paper dan packaging. Dari 13.000 ton pada kuartal I-2017 menjadi 18.000 ton per Maret 2018.

Direktur Utama TKIM Suhendra Wiriadinata bilang, potensi industri kemasan di dunia tumbuh subur. Salah satu negara dengan permintaan terbesar adalah Tiongkok. Namun, untuk bisa memenuhi permintaan segmen kemasan industri ini, perusahaan perlu mengimpor bahan baku kertas bekas dari negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa.

"Karena untuk memproduksi kemasan tidak semuanya menggunakan virgin pulp, sedangkan konsumsi kertas dari Indonesia masih rendah, baru bisa dipasok 50%," kata Suhendra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×