Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan penjualan sebesar US$ 143,9 juta setelah mengirimkan 17.524 metrik ton nikel matte di triwulan pertama tahun ini. Penjualan tersebut 19% lebih rendah dibandingkan penjualan di kuartal IV-2016, namun 32% lebih tinggi dibandingkan penjualan di kuartal I-2016.
"Harga realisasi rata-rata kami di triwulan pertama tahun 2017 sedikit lebih rendah dibandingkan harga realisasi rata-rata di triwulan keempat tahun 2016," kata Nico Kanter, CEO dan Presiden Direktur INCO dalam keterbukaan informasi BEI, Kamis (27/4).
INCO yakin harga nikel pada tahun ini akan di tingkatan yang rendah. Hal itu mengingat masih tingginya persediaan di London Metal Exchange dan Shanghai Futures Exchange.
Selain itu ada ketidakpastian di pasar nikel global mengenai kuota ekspor bijih Indonesia akan menambah volume atau sekadar menggantikan turunnya pasokan bijih dari Filipina ke China. "Hal ini berarti sangat penting bagi kami untuk tetap fokus pada optimalisasi kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya," katanya.
Pada kuartal I-2017, INCO melakukan kegiatan pemeliharaan terencana seperti pada Q1 2016, namun dengan durasi shutdown yang lebih singkat. Hasilnya volume produksi nikel dalam matte di Q1 2017, angkanya 2% lebih tinggi dibandingkan produksi di Q1 2016. Kegiatan pemeliharaan ini sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan operasional.
Biaya pokok pendapatan INCO turun 6% dari US$ 155,1 juta di Q4 2016 menjadi US$ 146,4 juta di Q1 2017. Namun biaya pokok pendapatan per metrik ton nikel matte yang dijual di Q1 2017 meningkat 17% dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini karena adanya kenaikan biaya-biaya karyawan, bahan bakar dan bahan pembantu.
Volume produksi dan penjualan yang lebih rendah juga mendorong kenaikan biaya pokok pendapatan per metrik ton nikel matte yang dijual. Hal ini menegaskan kembali pentingnya memaksimalkan kapasitas produksi. Walhasil Perseroan melaporkan laba kotor negatif di Q2 2017.
Harga bahan bakar di triwulan I 2017, terutama harga HSFO, meningkat secara signifikan dari kuartal sebelumnya. Konsumsi bahan bakar per metrik ton produksiĀ juga dipengaruhi oleh volume produksi yang lebih rendah. Namun demikian hal ini akan membaik pada akhir triwulan pertama tahun 2017 saat perseroan telah menyelesaikan kegiatan pemeliharaan yang direncanakan.
Harga batubara yang lebih tinggi pada triwulan I 2017, meningkat sebesar 18% dari harga pada triwulan sebelumnya. Ini memberikan kontribusi pada kenaikan biaya bahan pembantu. Namun, INCO tetap yakin menggunakan batubara untuk tanur pengering dan tanur pereduksi itu lebih efisien dan akan melanjutkan Proyek Konversi Batu bara Tahap 2.
INCO mencatat EBITDA sebesar US$ 24,5 juta dan mengeluarkan sekitar US$ 18,8 juta untuk belanja modal di kuartal I 2017. Kas dan setara kas emiten pada 31 Maret 2017 dan 31 Desember 2016 masing-masing adalah sebesar US$ 235,5 juta dan US$ 185,6 juta. "Vale akan terus melaksanakan pengontrolan pengeluaran yang berhati-hati untuk menjaga ketersediaan kas," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News