kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Imbas perang dagang, aktivitas manufaktur seluruh Asia melambat


Rabu, 01 Agustus 2018 / 19:18 WIB
Imbas perang dagang, aktivitas manufaktur seluruh Asia melambat
ILUSTRASI. Perekonomian - ekspor impor China


Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Aktivitas manufaktur di seluruh Asia melambat pada bulan Juli 2018. Ini makin memperdalam kekhawatiran tentang prospek ekonomi di kawasan Asia akibat konflik perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China. Perang dagang itu mempengaruhi mitra dagang dua negara tersebut.

Sebuah survei pembelian manajer alias  purchasing managers index (PMI)  yang dirilis Rabu (1/8) menunjukkan, sektor manufaktur China tumbuh pada laju paling lambat dalam delapan bulan terakhir pada bulan Juli 2018. Bahkan permintaan ekspor China merosot dan menjadi yang terburuk sejak pertengahan 2016.

Survei serupa menunjukkan perlambatan aktivitas dari Australia ke Jepang. Reuters melaporkan, pasar pengiriman barang yang sebagian besar merupakan barang jadi manufaktur yang diimpor dan diekspor, menunjukkan gambaran yang sama. Indeks kontainer Harpex CHT-IDX-HARPX jatuh hingga 10% dari level tertingginya sejak 2011 pada bulan Juni 2018.

Aktivitas pabrik di kawasan mata uang euro, diperkirakan juga akan sama. Sementara di AS terlihat pendinginan sedikit aktivitas manufaktur. Namun masih cukup kuat bagi The Federal Reserve untuk tetap di jalur menaikkan suku bunga hingga dua kali lagi di tahun ini.

Awal bulan ini, AS dan China sama-sama menerapkan perang tarif impor hingga senilai US$ 34 miliar. Itu belum cukup. Kabar terbaru menyebutkan, Presiden AS Donald Trump, akan mengusulkan tarif impor hingga 25% atas produk dari China senilai lebih dari US$ 200 miliar. Usulan tarif impor 25% itu lebih tinggi dari rencana semula sebesar 10%.

Efek perang dagang ini sudah dirasakan China. Indikasi ini tercermin dari Indeks Manajer Pembelian Caixin atau PMI China turun menjadi 50,8 di bulan Juli 2018 dari sebesar 51,0 di bulan Juni 2018.

"Perekonomian China berada di jalur melambat di kuartal ini dan kuartal berikutnya," kata Julian Evans-Pritchard, ekonom senior China di Capital Economics Singapura seperti dikutip Reuters.

PMI juga menunjukkan kontraksi di Malaysia, pelambatan di Vietnam dan Taiwan, Namun ada sedikit peningkatan di Indonesia. Sementara, ekspor Korea Selatan menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×