Reporter: Aris Nurjani | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan imbal hasil surat utang Pemerintah Amerika Serikat (AS) atau US Treasury membuat pasar obligasi Indonesia ke depannya masih akan tertekan.
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan, dampak kenaikan yield US Treasury 10 tahun ke level 3,90% turut mengerek yield SBN Indonesia tenor 10 tahun naik ke level 7,5%. Alhasil, harga SBN menjadi turun.
"Tercatat, indeks pasar SBN melalui Edvisor Total Government Bonds Index sudah melemah 0,51% dalam 1 bulan terakhir," ujar Praska kepada Kontan.co.id, Rabu (28/9).
Selisih atau spread antara yield US Treasury 10 tahun dengan yield SBN tenor 10 tahun terus menyempit dan saat ini sekitar 350 bps dibanding sebelumnya di atas 450 bps.
Hal ini mengindikasikan potensi tekanan pasar SBN ke depan karena pasar mengekspektasikan yield SBN lebih tinggi lagi untuk menjaga rata-rata spread di kisaran 400 bps.
Baca Juga: Rupiah Anjlok, Sri Mulyani Ungkap Nasib Utang Valas Indonesia
Praska mengatakan, pasar SBN ke depannya terutama tenor panjang, masih berpeluang tertekan. Namun ini bisa jadi peluang menarik bagi investor SBN yang ingin mendapatkan yield yang lebih kompetitif.
Ia memperkirakan, SBN seri benchmark ke depan diperkirakan masih tertekan karena prospek kenaikan suku bunga masih dapat berlanjut, namun dengan akselerasi tekanan yang mulai melambat.
Menurut Praska, transaksi pasar SBN sepekan terakhir terpantau mengalami penurunan dibanding sepekan sebelumnya. Hal ini karena tekanan di pasar SBN yang mulai meningkat seiring keputusan BI menaikkan suku bunga acuan.
Praska menyarankan investor sebaiknya melaksanakan trading / buy on weakness pada SBN tenor panjang. Sementara untuk SBN tenor pendek, investor bisa melakukan akumulasi dengan porsi lebih besar untuk mengantisipasi fluktuasi harga pasar di SBN tenor panjang.
Baca Juga: Bunga Acuan Naik, Imbal Hasil SUN Diprediksi Meningkat Lagi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News