Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia memang menarik bagi investor asing, meski konflik Amerika Serikat (AS) dan Iran masih panas.
Mengutip Bloomberg, Senin (13/1), yield surat utang negara (SUN) tenor acuan 10 tahun menyentuh level terendah di 6,87%. Sebagai perbandingan, dalam sepekan lalu, yield SUN berada di posisi 7,06%.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan, yield SUN bergerak turun karena dana investor asing cukup deras masuk ke pasar obligasi Indonesia. Permintaan yang tinggi akhirnya membuat harga SUN naik dan yield bergerak turun.
Baca Juga: Awal tahun, BI mencatat arus modal asing yang masuk sebesar Rp 10,1 triliun
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR), kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 1.071,90 triliun per 9 Januari 2020. Padahal, di akhir tahun lalu kepemilikan asing di SBN berada di Rp 1.061,86 triliun. Artinya, di awal tahun ini kepemilikan asing di SBN bertambah Rp 10,04 triliun.
"Yield SUN memang memiliki daya tarik yang lebih tinggi dibanding surat utang negara lain," kata Ramdhan, Senin (13/1). Tidak heran bila yield tetap bergerak turun, meski perang AS dan Iran masih berlanjut.
Memang, kabar terakhir Presiden AS Donald Trump menyatakan penolakan untuk membalas serangan Iran. Namun, hingga kini ketegangan dan kecemasan masih terasa karena Iran masih menembakkan roket ke pangkalan militer AS di Irak hingga, Minggu (12/1).
Pengamat pasar modal Siswa Rizali juga berpendapat, investor asing tetap memilirik pasar obligasi Indonesia meski perang AS dan Iran belum tuntas benar.
"Obligasi pemerintah Indonesia memiliki fundamental yang baik dengan tawaran yield salah satu yang tinggi dan terbatas, mau tidak mau investor global seperti Jepang, Korea dan AS tetap harus investasi dan tentunya mereka cari surat utang dengan yield tinggi," kata Siswa.
Baca Juga: Global bond perdana milik pemerintah tahun ini dirilis dalam dolar AS dan euro
Apalagi sebelumnya, nilai tukar rupiah belakangan ini sudah jatuh paling banyak, sehingga menambah ketertarikan asing untuk masuk ke pasar obligasi.