Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para investor di pasar saham belum bisa bernafas lega. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergerak di zona merah sepanjang perdagangan Kamis (25/4) sebelum ditutup melemah 0,27% ke posisi 7.155,29.
Padahal sehari sebelumnya, IHSG mampu bertahan dengan penguatan 0,90% ketika Bank Indonesia (BI) mengerek naik suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%. Namun arus dana dari investor asing pun belum kembali mengalir.
Posisi net buy semakin terpangkas usai investor asing mencetak net sell senilai Rp 1,29 triliun pada Kamis.
Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya mengungkapkan secara valuasi, pasar saham Indonesia masih terbilang atraktif, terutama di antara negara Asia Tenggara.
Hanya saja, situasi pasar saat ini sedang kurang kondusif lantaran aksi jual dari investor asing tidak hanya terjadi di Indonesia.
"Karena bursa global juga sudah konsolidasi, apalagi makin dekat dengan FOMC The Fed," kata Cheril kepada Kontan.co.id, Kamis (25/4).
Adapun, FOMC Meeting The Fed dijadwalkan pada pekan depan, 30 April - 1 Mei 2024. Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengamati saat ini nada hawkish bank sentral dan efek tensi geopolitik relatif membawa sentimen negatif.
Situasi ini bisa membuat perpindahan alokasi investasi kepada aset yang lebih low risk. Tingginya suku bunga sekaligus akan membuat perilaku investor cenderung berubah kepada instrumen yang memberikan return lebih tinggi.
Baca Juga: Saham BBRI, BBCA, BMRI Loyo Pasca Kenaikan BI Rate, Simak Rekomendasi Analis Berikut
"Karena kekhawatiran pasar saat suku bunga tinggi adalah membuat cost of fund meningkat, dan pada akhirnya akan membuat daya beli menurun yang mengakibatkan pertumbuhan kinerja emiten melambat," terang Audi.
Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni menambahkan, belum adanya tanda-tanda penurunan suku bunga membuat investor akan lebih berhati-hati. Kondisi ini membuat diversifikasi portofolio ke asset class yang lebih aman semakin terbuka.
Meski di sisi lain, Agung melihat kenaikan suku bunga BI akan turut menahan pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang sudah di atas Rp 16.000. Jika terjadi secara efektif, hal ini akan membawa dampak positif pada pasar saham.
Hanya saja, Agung menilai kondisi saat ini membuat pelaku pasar akan lebih selektif. "Perubahan kebijakan bank central dari dovish ke hawkish, harga komoditas yang menguat dan tensi geopolitik, bisa menjadi faktor yang membuat pasar saham lebih challenging dan investor asing akan masih berhati-hati," ujar Agung.
Peluang Buy on Weakness
Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus menimpali, saat ini investor lebih cenderung melakukan penjualan dan profit taking di bursa saham Indonesia. Para investor masih menunggu hasil rapat The Fed, terutama tentang kejelasan arah penurunan suku bunga.
Selain itu, mulai ramainya rilis kinerja emiten kuartal I-2024 juga akan menjadi pertimbangan para pelaku pasar. Menurut Daniel, strategi yang bisa dipertimbangkan saat ini adalah trading jangka pendek atau memilih saham-saham berfundamental apik yang sudah terdiskon cukup besar.
Daniel menyarankan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto punya pandangan serupa, untuk memanfaatkan pasar yang masih cenderung melemah dengan strategi buy on weakness.
Baca Juga: Cek Harga Saham PGEO, AMMN, dan BBRI yang Beda Nasib di Penutupan Bursa Kamis (25/4)
William menjagokan saham perbankan seperti BBRI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).
Sedangkan Cheril melirik saham-saham komoditas logam seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Agung menyarankan selektif buying terhadap saham yang tergolong defensif di sektor consumer seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES). Sedangkan Audi menilai investor juga masih bisa memanfaatkan situasi pasar saat ini untuk trading jangka pendek.
Pelaku pasar bisa mencermati saham energi berbasis komoditas, consumer dan kesehatan. Audi menyematkan rekomendasi buy untuk saham MYOR, TLKM, PT Astra International Tbk (ASII), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News