kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rekomendasi Saham Jagoan Analis Usai IHSG Berfluktuasi pada Awal Kuartal II


Sabtu, 13 April 2024 / 19:45 WIB
Rekomendasi Saham Jagoan Analis Usai IHSG Berfluktuasi pada Awal Kuartal II
ILUSTRASI. Karyawan melintasi papan digital pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (4/4/2024). (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berfluktuasi cukup kencang pada pekan pertama kuartal II-2024, sekaligus minggu terakhir sebelum libur panjang Idul Fitri. IHSG sempat ambles ke bawah level 7.200, sebelum kembali melejit pada akhir pekan.

Pada perdagangan Jumat (5/4), IHSG menguat 0,45% ke posisi 7.286,88. Fluktuasi dalam periode perdagangan 1 April - 5 April 2024 akhirnya hanya membawa pelemahan tipis 0,03% terhadap kinerja IHSG secara mingguan.

Hanya saja, terjadi pembalikan arus dana investor asing (capital outflow) dengan nilai yang terbilang jumbo. Sepanjang pekan lalu, investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 11,41 triliun di seluruh pasar.

Research Analyst Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga menyoroti tiga faktor utama penyebab volatilitas IHSG pada minggu lalu. Pertama, dampak dari rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kembali menimbulkan ketidakpastian di pasar terkait ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada semester I-2024.

Baca Juga: Laba ICBP Melonjak pada 2023, Simak Rekomendasi Sahamnya

Kedua, pelemahan nilai tukar rupiah yang hampir menembus Rp 16.000 per dolar AS, akibat peralihan investor ke negara-negara maju. Terutama setelah rilis pertumbuhan ekonomi AS dan indeks manufaktur China yang kembali berada di zona ekspansif.

Ketiga, faktor tingkat inflasi. Ada kekhawatiran kenaikan inflasi AS yang menjauhi target 2%, akibat kenaikan harga komoditas minyak seiring ketegangan geopolitik di Rusia - Ukraina hingga Timur Tengah. Di dalam negeri, inflasi sudah berada di level 3,05%.

"Investor perlu mempertimbangkan dua tantangan utama terhadap pergerakan IHSG ke depan, yaitu potensi capital outflow dan ketidakpastian geopolitik," kata Aditya kepada Kontan.co.id belum lama ini.

Analis & Branch Manager Jasa Utama Capital Sekuritas, Hendy Santoso dan Edy Utomo mengamati secara teknikal pergerakan IHSG masih terbilang wajar. IHSG mampu rebound ketika hampir menembus level support di area 7.100 - 7.150.

Menurut Hendy dan Edy, volatilitas IHSG juga disebabkan oleh kombinasi sentimen "Lebaran Rally" dan antisipasi terhadap libur panjang Idul Fitri. Adapun, perdagangan bursa akan libur dari 8 April hingga 15 April 2024. 

"Hal ini lumrah, karena investor cenderung bermain aman, lebih memilih memegang uang tunai menjelang libur panjang. Sehingga wait and see maupun mencairkan dana investasinya untuk merayakan lebaran," sebut Hendy dan Edy.

Pengamat pasar modal & Founder WH-Project William Hartanto juga menilai fluktuasi IHSG pada awal kuartal II ini sudah sesuai ekspektasi. Pelemahan yang sempat terjadi merupakan koreksi wajar, terutama akibat aksi profit taking.

Di sisi lain, William mengamati ada respons negatif terhadap penerapan full call auction. Hanya saja, dalam bobot terhadap pergerakan IHSG, William menilai efek dari full call auction tidak signifikan.

 

Baca Juga: Terus Dorong Diversifikasi Bisnis, Begini Rekomendasi Saham Indika Energy (INDY)

Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus punya pandangan serupa bahwa efek dari full call auction tidak signifikan memberi pengaruh terhadap IHSG. Sebab, saham-saham yang terkena imbas kebijakan ini memiliki kapitalisasi pasar kecil.

Menurut Daniel, fluktuasi IHSG lebih disebabkan oleh pelemahan kurs rupiah, capital outflow, dan sikap investor yang cenderung mengamankan posisi jelang Idul Fitri. 

"Pelaku pasar lebih wait and see menyikapi libur panjang dan beberapa kondisi fundamental lainnya," kata Daniel.

Dalam posisi saat ini, investor bisa mencuil peluang untuk strategi buy on weakness pada saham-saham berfundamental solid yang harganya mengalami koreksi. 

Daniel memilih saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).




TERBARU

[X]
×