Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan Jumat (20/3), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah turun 33,41%. Di antara enam bursa saham di ASEAN yang dicatat BEI, performa IHSG adalah yang terburuk kedua.
Performa IHSG cuma lebih baik ketimbang indeks saham Filipina, PSEi. Sejak awal tahun, PSEi turun 38,85%.
Meski IHSG sudah turun dalam, Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), menyarankan investor tidak panik. "Ini adalah black swan event," terang dia.
Katarina menjelaskan, black swan event adalah suatu peristiwa tidak terduga, sangat jarang terjadi dan membawa dampak yang ekstrem. Dalam keadaan ini, investor memang cenderung panik dan bisa mengambil keputusan yang tidak rasional.
Namun, secara historikal, volatilitas dan koreksi ekstrem biasanya selalu diikuti dengan kenaikan bahkan kenaikan tajam setelahnya.
Contoh, di 2008, IHSG sempat merosot 60,73%. Di tahun itu, IHSG sempat mencapai level tertinggi di 2.830,26 (9/1) dan merosot ke 1.111,39 (28/10).
Tapi di 2009, IHSG meroket tajam. IHSG sempat berada di titik terendah 1.256,11 di tahun tersebut (2/3). Namun di akhir tahun, IHSG tutup di 2.534,36, sekaligus menjadi titik tertinggi di tahun tersebut.
Bila dihitung dari titik terendah ke titik tertinggi di 2009, IHSG mencatat kenaikan 101,76%.
Katarina menilai, sesudah kepanikan berlalu, yang didukung dengan lebih stabilnya jumlah kasus Covid-19, investor akan dapat lebih tenang menganalisa dampak riil terhadap perekonomian, laba korporasi serta pasar finansial.
Karena itu, ia menilai sebaiknya investor tidak buru-buru cut loss saat ini. "Adalah sayang sekali untuk menjual saham saat ini, dalam kondisi harga turun 31%," terang dia.
Alasannya, penurunan laba korporasi tidak akan turun setajam 31%, bahkan mungkin tidak turun sejauh 10%. Karena itu, ada peluang harga akan naik lagi.
Katarina menyarankan investor mengkaji ulang posisi portofolio. "Ingat tujuan investasi dan kaji posisi portofolio, lakukan rebalancing jika perlu," terang dia.
Investor juga perlu menyesuaikan portofolio dengan tujuan investasi serta profil risiko yang dimiliki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News