Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok sepanjang bulan Oktober 2023. Penurunan sepanjang Oktober menyebabkan IHSG tercatat minus sejak awal tahun dari sebelumnya naik.
IHSG turun 2,70% sepanjang Oktober ke posisi 6.752,21 dari posisi akhir September yang masih berada di 6.939,89. Sejak awal tahun hingga akhir Oktober, IHSG tercatat turun 1,44%.
Direktur Panin Asset Management (AM) Rudiyanto mengatakan, tekanan IHSG sepanjang Oktober terutama disebabkan oleh sinyal-sinyal masih adanya kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve. Pernyataan sejumlah pejabat The Fed sejak September menyebabkan pelaku pasar menimbang potensi kenaikan suku bunga di awal November.
Alhasil, yield obligasi pemerintah AS, US Treasury meningkat. Imbal hasil yang mencapai 5% pada US Treasury menyebabkan investor asing tidak perlu jauh-jauh menempatkan dana di emerging markets, termasuk Indonesia, yang lebih berisiko dan ditambah dengan adanya risiko kurs.
Baca Juga: IHSG Naik 0,24% ke 6.752 Hari Ini (31/10), BRPT, EXCL, GOTO Top Gainers LQ45
"Sentimen yang buruk di obligasi tersebut menyebabkan saham ikut-ikutan net sell. Itulah yang menyebabkan penurunan IHSG yang cukup signifikan sejak September hingga Oktober ini," kata Rudiyanto, Jumat (27/10).
Selama The Fed masih mengindikasikan kenaikan suku bunga atau suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama (higher for longer), pasar keuangan masih akan tertekan.
"Kalau misalnya 1 November tidak jadi dinaikkan, tidak ada pernyataan akan menaikkan bunga lagi, bisa saja sentimennya berubah positif," imbuh dia.
Tekanan IHSG yang terjadi sepanjang Oktober turut menyebabkan Panin Asset Management menurunkan prediksi nilai wajar IHSG. Mulanya, Panin AM menilai angka wajar IHSG di akhir tahun di posisi 7.400.
"Sehubungan dengan kenaikan BI rate yang terakhir di luar dugaan itu, kami revisi menjadi 7.200," imbuh dia.
Baca Juga: Sesi Dua IHSG Belum Mampu Menanjak, Tetap Ada Potensi Bakal Menguat
Rudiyanto menambahkan, kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada bulan Oktober di luar ekspektasi pasar. Tetapi, kenaikan suku bunga untuk menahan jatuhnya nilai tukar rupiah tidak terlalu menunjukkan hasil dalam jangka pendek.
Pada Selasa (31/10), kurs rupiah Jisdor masih berada di Rp 15.897 per dolar AS. Kurs rupiah Jisdor melemah 2,65% sepanjang Oktober dari posisi Rp 15.487 per dolar AS pada akhir September.
Rudiyanto menyebut, sentimen yang akan lebih mendominasi sampai dengan kuartal satu tahun depan tetap data inflasi AS dan pernyataan The Fed. Kalau bank sentral AS agresif, dolar AS menguat dan akan jelek untuk pasar modal. Tapi kalau The Fed menyatakan kenaikan suku bunga cukup, bisa saja pasar berbalik positif sangat cepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News