Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di zona merah pada akhir perdagangan Selasa (1/7).
Pada Selasa (1/7), IHSG turun 12,31 poin atau 0,18% ke 6.915,36 pada akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebanyak 245 saham naik, 356 saham turun dan 191 saham stagnan.
Analis sekaligus VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi melihat, penurunan IHSG disebabkan oleh pasar yang cenderung merespons negatif data PMI Manufaktur Indonesia yang jatuh ke level 46,9. Level tersebut berada di bawah ekspektasi dan menunjukkan bahwa PMI Manufaktur sudah berada di zona kontraksi selama 3 bulan terakhir.
Baca Juga: IHSG Melemah 0,18% ke 6.915 pada Selasa (1/7), JPFA, MBMA, INKP Jadi Top Losers LQ45
“Kekhawatiran ini berasal dari penilaian bahwa permintaan menurun, sehingga aktivitas manufaktur serta ekspor yang melambat,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (1/7).
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang melihat, IHSG ditutup melemah setelah sempat bergerak menguat di awal sesi perdagangan hari ini.
“Laporan keuangan beberapa bank BUMN yang mencatatkan penurunan laba per Mei 2025 menjadi salah satu alasan yang memicu investor melakukan profit taking,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (1/7).
Selain itu, gerak IHSG hari ini ditopang data neraca perdagangan Indonesia bulan Mei 2025 yang tercatat surplus US$ 4,3 miliar, naik dari US$2,92 miliar di Mei 2024. Ini didorong oleh pertumbuhan ekspor sebesar 9,68% secara tahunan (YoY) dan impor sebesar 4,14% YoY.
Pertumbuhan ekspor pada Mei 2025 juga merupakan pertumbuhan tertinggi dalam 31 bulan terakhir. Pendorongnya diduga karena para eksportir bergegas mengirimkan barang sebelum jeda 90 hari tarif impor Trump berakhir.
“Hal ini terlihat dari ekspor ke AS meningkat 24,76% YoY,” katanya.
Untuk inflasi Indonesia bulan Juni 2025, tercatat sebesar 1,87% YoY, dari sebelumnya 1,6% YoY di Mei 2025. Ini seiring dengan terjadinya inflasi 0,19% secara bulanan (MoM), naik dari deflasi 0,37% MoM di Mei 2025.
“Namun inflasi Juni tersebut masih dalam kisaran target BI yang sebesar 1,5% - 3,5% YoY,” paparnya.
Secara teknikal, indikator Stochastic dan RSI masih bergerak sideways di area pivot. Volume jual masih lebih mendominasi dari volume beli. Sehingga, IHSG masih belum mampu bertahan di atas level 6.950, meskipun secara intraday sempat menguat hingga level 6971.
Alhasil, Alrich memperkirakan IHSG masih akan cenderung konsolidasi di kisaran level 6.840 - 7.000 pada perdagangan Rabu (2/7).
Untuk perdagangan besok, Alrich pun menyarankan investor untuk memperhatikan saham MEDC, MAPA, UNVR, MYOR, dan INDF.
Sementara, Audi memperkirakan IHSG besok bakal bergerak mixed cenderung melemah dalam rentang level support 6.860 dan resistance 7.000, dengan indikator MACD menunjukkan pelemahan tren yang berlanjut.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Tidak Mampu Menembus Level 7.000 pada Akhir Tahun 2025
Sentimen penggeraknya berasal dari pasar yang tengah menantikan data tingkat pengangguran Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan meningkat menjadi 4,3% berdasarkan data konsensus.
“Sehingga, jika perkiraan itu in-line, maka akan cenderung direspons negatif pasar dan memberikan ruang Fed untuk bersikap lebih dovish,” paparnya.
Audi pun merekomendasikan trading buy untuk AMMN dengan support di Rp 8.300 per saham dan resistance Rp 9.250 per saham, serta CUAN dengan support di Rp 12.400 per saham dan resistance Rp 13.600 per saham.
Selanjutnya: Kemendag Permudah Perizinan Waralaba, Bisnis Franchise Makin Mudah!
Menarik Dibaca: 5 Zodiak Paling Impulsif yang Tidak Takut Mengambil Risiko, Siapa Saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News