kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG punya peluang mengejar kenaikan bursa saham Asia


Rabu, 03 Juli 2019 / 20:30 WIB
IHSG punya peluang mengejar kenaikan bursa saham Asia


Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak kinerja terburuk kedua di Asia Pasifik, Indonesia masih memiliki pasar saham dengan prospek menarik karena tidak terlalu terdampak oleh perang dagang.

Menurut data Bursa Efek Indonesia, IHSG naik 2,71% sejak awal tahun. IHSG hanya lebih baik daripada indeks saham Malaysia yang turun 0,03% dan indeks Kospi Korea yang menguat 2,69% secara year to date hingga (3/7).

Analis Kresna Sekuritas Franky Rivan mengatakan bahwa dana asing yang masuk (capital inflow) ke Indonesia relatif bagus dibandingkan dengan bursa Asia lain. Net buy asing sejak awal tahun hingga kini mencapai Rp 69,97 triliun.

Franky mengatakan, ada dua hal yang menjadi kekhawatiran investor terhadap bursa saham Indonesia. Kedua hal ini adalah stabilitas nilai tukar dan defisit anggaran. "Jika pemerintah membuat kebijakan secara tepat untuk kedua sentimen tersebut, saya rasa ini akan menambah sentimen positif ke bursa kita," ujar Rivan.

Rivan juga menambahkan bahwa jika peringkat utang Indonesia ditingkatkan maka dana asing yang masuk juga bertambah. Pada akhir Mei lalu, lembaga pemeringkat Standard & Poor's menaikkan peringkat utang Indonesia BBB dengan prospek stabil.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai bahwa performa IHSG pada semester I sempat tertahan karena beberapa faktor eksternal, salah satunya ialah nilai tukar rupiah yang terdepresiasi. "Bahkan nilai tukar kita terdepresiasi lebih besar daripada nilai mata uang Asia lainnya," ujar Alfred kepada Kontan.co.id.

Menurut Alfred, nilai tukar rupiah yang terdepresiasi berpengaruh terhadap penurunan IHSG pada semester I lalu. Sebab, ketika depresiasi rupiah lebih besar dari mata uang Asia lainnya, maka ada kemungkinan di pasar saham juga mengalaminya. "Depresiasi rupiah menunjukkan kondisi ekonomi makro domestik yang sedang tidak baik-baik saja. Wajar bila investor mengurangi risiko berinvestasi di pasar kita," ujar Alfred.

Selain itu, Alfred menambahkan bahwa pemilihan presiden Indonesia yang dilaksanakan pada semester I menyebabkan pasar saham berada dalam kondisi wait and see. Menurut Alfred pasar akan memilih untuk tidak membeli saham atau lebih tertarik menyimpan uang tunai pada saat pemilihan presiden.

Jika dilihat dari sisi valuasi, price to earning ratio (PER) yang ada di Asia tertinggi dipegang oleh India, dengan angka 28 kali. PER IHSG berada di level 19 kali, Vietnam di angka 16 kali, dan Hang Seng, Shanghai, serta Nikkei di bawah 15 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×