Reporter: Bidara Pink | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 2,71% sejak awal tahun hingga Rabu (3/7). Meski IHSG hanya naik tipis, ada sejumlah indeks sektoral yang mencatat kenaikan hingga dua digit. Salah satunya adalah indeks sektor keuangan yang melonjak 11,31% secara year to date (ytd).
Berdasarkan data Bloomberg, saham-saham sektor keuangan yang mencetak lonjakan harga saham tinggi sejak awal tahun. Saham Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah (BTPS) menguat 86,63% secara ytd, disusul saham Malacca Trust Wuwungan Insurance (MTWI) yang menguat 77,05%, MNC Kapital Indonesia (BCAP) dengan kenaikan harga sejak awal tahun 65,56%, Bank Ina Perdana (BINA) yang naik 49,25% pada periode yang sama, Asuransi Kresna Mitra (ASMI) yang menguat 37,86% secara year to date.
Dari sisi kenaikan poin terhadap indeks, saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mencetak kenaikan terbesar, yakni 58,93 poin dengan persentase kenaikan harga saham 24,49%, Bank Central Asia (BBCA) dengan 57,63 poin dan persentase kenaikan harga 16,44%. Selanjutnya adalah Bank Mandiri (BMRI) yang harganya naik 12,33% sejak awal tahun, Bank Negara Indonesia (BBNI) dengan kenaikan harga 8,51%, dan BTPS.
Lalu, mengapa saham-saham bank tersebut bisa menghijau?
Menurut analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony, menghijaunya saham-saham bank tersebut akibat kondisi ekonomi Indonesia yang masih cukup baik. Selain itu, kinerja perusahaan-perusahaan sektor finansial masih mencetak pertumbuhan yang baik. Lalu ada juga isu akuisisi dan merger untuk BINA dan Bank Permata (BNLI), serta adanya kenaikan rating oleh S&P.
William Hartanto, analis Panin Sekuritas menambahkan, penyebab naiknya harga saham bank-bank tersebut juga karena adanya dividen yang lumayan tinggi. Ada juga faktor ketidakpastian global yang menyebabkan pelaku pasar lebih cenderung mencari saham-saham yang dinilai aman.
Bila berbicara mengenai faktor harga saham perbankan, ada juga hal lain yang bisa memengaruhi, seperti contohnya, baru-baru ini The Fed meluncurkan kebijakan moneter peluang pemangkasan suku bunga acuan.
Chris mengatakan, pemangkasan suku bunga oleh The Fed seharusnya menjadi angin segar bagi sektor perbankan. Ini menyebabkan rupiah menguat sehingga arus dana asing akan kembali masuk dan mengarah ke sektor tersebut.
Hal tersebut juga diakui oleh William. Namun, ia memberikan catatan untuk juga melihat pergerakan BI rate. Menurut William, kebijakan The Fed bisa berpengaruh ke sektor perbankan, bila setelahnya BI rate ikut turun. Karena bila BI rate naik lagi, maka bunga kredit tinggi dan berisiko menurunkan kinerja.
Lalu bila berbicara soal harga saham, harga saham perbankan menurut Chris tidak dapat dibilang mahal karena bank-bank dianggap stabil dan sesuai dengan kondisi ekonomi. Pergerakannya pun sesuai dengan negara yang berkembang, sehingga saham-saham juga akan menguat.
Chris merekomendasi beli untuk BBCA dengan target harga Rp 33.000, BBRI dengan target harga Rp 4.500. Sementara BINA masih wait and see, dan milik BNLI masih mempertimbangkan rumor akuisisi.
Sementara William memberi rekomendasi beli yang berbeda. Dia merekomendasikan beli BBCA dengan target harga Rp 32.000, BBRI dengan target harga Rp 4.500, BINA dengan target harga Rp 1.100, dan milik BNLI dengan target harga Rp 900.
Selain empat bank tersebut, dua analis tersebut secara teknikal merekomendasikan untuk mengoleksi saham-saham bank lapis dua yang memberi cuan tinggi sejak awal tahun ini. Namun, untuk saham bank lapis dua harus memperhatikan non performing loan (NPL).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News