Reporter: Anna Maria Anggita Risang | Editor: Agung Jatmiko
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas ke zona merah, indeks melemah 3,55% ke level 5.861,25 pada perdagangan Senin (13/8). Investor asing mencatatkan total net sell sebesar Rp 646,88 miliar.
Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar berpendapat pelemahan IHSG utamanya disetir oleh krisis ekonomi Turki yang memberi efek multiplier yang memberi dampak ke indeks global termasuk IHSG.
Selain itu jebloknya IHSG juga dipengaruhi oleh neraca transaksi berjalan Indonesia yang dilaporkan BI mencapai 2,8%-3%. William menyebut angka neraca transaksi berjalan inilah yang mebuat rupiah tembus ke Rp 14.600 dan membuat pasar bergejolak yang berakhir pada level pelemahan saat penutupan perdagangan.
Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Sekuritas menyebut pelemahan IHSG lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni krisis finansial Turki yang timbul akibat penerapan kenaikan tarif baja dan aluminium dari Turki serta tidak adanya langkah prefentif dari otoritas Turki. Hal ini menyebabkan terjadinya depresiasi Lira yang begitu signifikan terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
"Keadaan tersebut juga mempengaruhi depresiasi rupiah yang begitu signifikan karena sempat menyentuh level 14.699,8. Di sisi lain, sentimen positif dari dalam negeri masih minim," ujar Nafan.
Berdasarkan indikator, moving average convergence divergence (MACD) sudah membentuk pola dead cross di area negatif. Sementara itu, indikator stochastic dan RSI bergerak ke bawah menuju ke area oversold. Di sisi lain, terlihat pola long black closing marubozu candle yang mengindikasikan adanya potensi bearish continuation pada pergerakan indeks saham, sehingga indeks berpeluang menuju ke area support.
Prediksi Nafan, pada perdagangan Selasa (14/8) IHSG akan melemah dan bergerak di kisaran level 5.745,704 sampai 6.092,332. William juga memproyeksikan jika terdapat peluang pelemahan dengan level support 5832 dan resistance 5873.
Menurut William selama pekan ini market Indonesia selalu berada dalam tekanan secara signifikan jika pemerintah Turki tidak mengambil langkah serius seperti meningkatkan tingkat suku bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News