kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG Pecah Rekor, Begini Peta Emiten Berkapitalisasi Besar


Selasa, 08 Februari 2022 / 16:51 WIB
IHSG Pecah Rekor, Begini Peta Emiten Berkapitalisasi Besar
ILUSTRASI. Sebanyak lima dari emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar merupakan saham perbankan.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali memecahkan level tertingginya sepanjang masa atau all time high. Pada perdagangan Selasa (8/2), IHSG sempat menyentuh level 6.860,75 yang merupakan level tertingginya. Meskipun memang pada akhir perdagangan, IHSG ditutup melemah 0,23% ke level 6.789,52.

Komposisi emiten dengan berkapitalisasi besar (big caps) tak banyak berubah dari tahun lalu. Sebanyak lima dari emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar merupakan saham perbankan.

Di posisi pertama masih ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Emiten perbankan swasta nasional ini memiliki kapitalisasi pasar hingga Rp 952,30 triliun. Di posisi kedua ada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan kapitalisasi pasar Rp 672,92 triliun.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menempati posisi keempat dengan kapitalisasi pasar Rp 355,83 triliun. Di bawahnya, ada PT Bank Jago Tbk (ARTO) dengan kapitalisasi pasar Rp 228,28 triliun dan menempati posisi kelima. Terakhir, terdapat saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan kapitalisasi pasar Rp 139,86 triliun di posisi Sembilan.

Baca Juga: ÌHSG Turun Dari Rekor Tertinggi, Saham 4 Bank Besar Dikoleksi Asing pada Selasa (8/2)

Saham-saham ini pun kompak menguat sejak awal tahun. Misalkan, saham BBNI yang menguat 11,11% secara year-to-date (ytd), BMRI dengan penguatan 8,54%, dan BBRI dengan penguatan  8,03%.

Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi menilai, penguatan saham-saham perbankan big 4 disebabkan oleh pasar yang melihat adanya perbaikan laba dari perbankan. Untuk diketahui, big 4 bank tersebut membukukan laba bersih yang tumbuh dobel digit sepanjang tahun 2021.

Tahun ini, Tirta masih optimistis laba perbankan besar akan tumbuh positif, dan menjadi sentimen bagi harga sahamnya. Sejumlah faktor yang bisa menjadi pendorong antara lain strategi frontloading provisioning. Pertama, pencadangan yang memadai membuat ruang untuk cost of credit bisa diturunkan lagi di tengah tren non-performing loans (NPL) dan kredit yang direstrukturisasi.

Baca Juga: BCA Bidik Transaksi Pembayaran Kartu Kredit bagi Pelanggan XL Axiata

Kedua, fokus perbankan di tahun ini adalah mencari aset yang memberikan yield tinggi, terutama untuk pinjaman (loan). Dengan likuiditas yang masih memadai, bank bisa menggenjot pertumbuhan kredit. Sementara itu, fokus untuk menguatkan current account and saving account  (CASA) juga menjadi prioritas big bank. Sehingga, cost of fund (CoF) bisa tetap rendah dan net interest margin (NIM) akan terjaga atau bahkan naik.

Di sisi lain, digitalisasi yang semakin masif serta pengembangan ekosistem lewat partnership juga menjadi senjata perbankan untuk meningkatkan fee based income

Ketiga, faktor aksi korporasi juga bisa menjadi katalis positif, terutama yang ada sangkut pautnya dengan strategi transformasi dan pembentukan digital bank. “Seperti BBNI yang mau mengakuisisi  Bank Mayora dan BBRI yang merombak Bank Raya menjadi hybrid bank,” terang Tirta kepada Kontan.co.id, Selasa (8/2).

Baca Juga: Bursa Saham Kembali Menjebol Rekor Baru

Keempat, katalis positif bagi perbankan datang dari aspek environmental, social, and governance (ESG). Tirta mengatakan, saat ini perbankan mulai berfokus untuk memiliki portofolio sustainable financing yang bisa mendongkrak rating ESG.  Komposisi asing di big bank cukup besar, dan mereka cukup menaruh perhatian dengan penerapan ESG

“Jadi dengan adanya prioritas tata kelola ESG tersebut juga jadi pendongkrak kinerja saham dan sustainability kinerjanya,” sambung Tirta.

Meski  sepanjang tahun ini sudah naik, Tirta melihat valuasi beberapa saham big banks seperti BBNI dan BMRI masih undervalued dibandingkan dengan nilai intrinsik. Nilai intrinsik BBNI ada di harga Rp 8.500 sedangkan nilai intrinsik BMRI di level Rp 8.900. Dus, harga pasar saat ini masih terdiskon.

Hanya saja, untuk saham BBCA, Tirta menilai saham ini sudah tergolong premium. Dus, MNC Sekuritas merekomendasikan hold saham BBCA dengan target harga Rp 7.900. Sementara Tirta mempertahankan rekomendasi beli saham BBNI dengan target harga Rp 8.500.

Baca Juga: Menguji Ketahanan IHSG Jika Ledakan Omicron Berlanjut dan PPKM Diperketat

Namun, pandemic Covid-19 masih menjadi tantangan bagi emiten perbankan. Terlebih saat ini Indonesia sudah memasuki gelombang ketiga pandemi. Jika kondisi tidak membaik,Tirta menilai hal ini bisa mempengaruhi penyaluran kredit.

Loan masih menjadi aset dengan yield tertinggi dan terbesar. Meskipun dengan likuiditas yang ada, namun diiring dengan kondisi ekonomi yang masih kurang bagys, maka permintaan kredit akan belum begitu terungkit.

“Waspada juga kalau Covid-19 berkepanjangan begini bisa membuat tren kualitas aset yang sudah baik jadi memburuk lagi,” terang dia.  

Baca Juga: Sektor Saham Ini Memimpin Indeks Sektoral, Simak Prospek dan Rekomendasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×