kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

IHSG minim upside, analis sarankan hold


Jumat, 22 September 2017 / 18:49 WIB
IHSG minim upside, analis sarankan hold


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menanti hasil rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia mengenai suku bunga acuan BI 7-days reverse repo rate hari ini. IHSG pada perdagangan Jumat (22/9) ditutup menguat 0,09% dan bertengger di level 5.911,71. Indeks sempat merah pada sesi perdagangan pertama.

Sebagai pengingat, pada bulan lalu BI menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin ke level 4,5% dari 4,75%. Analis memprediksi, tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia akan tetap 4,5%. "Pernyataan The Fed terakhir masih optimistis akan menaikkan suku bunga akhir tahun. Terus Oktober dia mulai mengurangi balance sheet mereka yang sebesar US$ 4,5 triliun," terang Liyanto Sudarso Investment Analyst MNC Asset Management kepada KONTAN, Jumat (22/9).

Dia memprediksi, suku bunga acuan BI masih tetap. Lebih lanjut, dia menyatakan hal tersebut bisa menyebabkan capital outflow dari Indonesia baik dari saham maupun obligasi. Nilai tukar rupiah pun berpeluang melemah.

Bila suku bunga acuan masih tetap, dia menyarankan investor sebaiknya hold karena indeks sudah tinggi. "Kalau secara teoritis beli perbankan, tapi sekarang bank juga sudah mahal," imbuhnya.

Dengan prediksi adanya capital outflow, pasar obligasi bisa terkena profit taking karena naiknya imbal hasil obligasi. Namun, bila ternyata nanti suku bunga acuan turun, properti dan retail bisa terkena sentimen positif meski cuma sementara. Pasalnya, hingga saat ini banyak bank yang belum menurunkan lending rate.

Selain itu, adanya deflasi pada Agustus sebesar 0,07% juga menjadi sentimen untuk penurunan suku bunga. "Namun, kita harus mengkritisi juga. Data BPS itu tidak termasuk transaksi online. Sedangkan saat ini banyak transaksi online," ujarnya.

Dia mencontohkan, beberapa emiten retail bahkan sudah memiliki bisnis e-commerce sebagai strategi pemasaran mereka. Sebab, mereka menyadari perkembangan e-commerce di masa mendatang tidak bisa dihindari.

Liyanto menyarankan kepada investor, bila suku bunga acuan tersebut turun, sebaiknya masih hold. Hal tersebut masih sama bila suku bunga acuan naik. "Karena dengan kondisi saat ini upside-nya lebih kecil daripada downside-nya," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×