Reporter: Aurelia Felicia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah setelah 4 hari berturut-turut berada di zona hijau. IHSG turun 0,62% atau 41,573 poin ke level 6.704,231 pada penutupan perdagangan Kamis (25/5).
Seiring dengan pelemahan IHSG Kamis (25/5), Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian memprediksi IHSG Jumat (26/5) akan rawan koreksi lanjutan dengan pivot pada level 6.700.
Rio melihat jika IHSG breaklow di level 6.700, akan ada potensi koreksi lanjutan dengan support pada level 6.660 pada Jumat (26/5). Secara teknikal Stochastic RSI membentuk death cross pada overbought area.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi, Saham SRTG dan ADRO Jadi Top Losers di LQ45, Kamis (25/5)
Adapun pergerakan IHSG Besok (26/5) dipengaruhi sentimen dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, IHSG dipengaruhi oleh penurunan pertumbuhan loan Sektor Perbankan Indonesia (SPI) ke 8,08% secara YoY pada April 2023. Sebelumnya SPI berada di posisi 9,93% YoY di Maret 2023.
Selain itu, RDG BI juga memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuan di level 5,75% Kamis (25/5).
“Meski suku bunga acuan BI saat ini jauh berada di atas inflasi dan nilai tukar Rupiah relatif stabil, tapi risiko dari kenaikan suku bunga acuan The Fed masih cukup besar,” kata Rio.
Sementara sentimen eksternal datang dari kontraksi ekonomi Jerman sebesar 0,5% YoY pada Q1-2023 dari pertumbuhan sebesar 0,8% YoY di Q4-2022.
Rio mencermati hal tersebut kembali menekan harga saham-saham energi. Dengan itu, Rio memprediksi pergerakan IHSG pada Jumat (26/5) berada pada support di level 6.660 dan resistance di level 6.760.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Pilihan dari Investindo Nusantara Sekuritas, Kamis (25/5)
Senada dengan Rio, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memprediksi IHSG pada perdagangan Jumat (26/5) rawan bergerak terkoreksi dengan area support pada level 6.656 dan resistance pada level 6.772.
Herditya melihat pergerakan IHSG masih dipengaruhi sentimen global akibat belum adanya keputusan perihal debt ceiling AS dengan batas waktu 1 Juni 2023.
“Hal ini menjadi kekhawatiran investor akan terjadinya default,” jelasnya.