Reporter: Benedicta Prima | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama April 2020 menguat 3,91% ke level 4.716,4. Penguatan tersebut bersamaan pergerakan seluruh bursa saham global yang juga berada di zona hijau.
Senior Vice President Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan, penguatan bursa global termasuk di Indonesia lebih disebabkan oleh minat risiko (risk appetite) asing terhadap pasar saham yang sudah membaik.
Hal ini dikarenakan obat yang dikembangkan oleh Gilead Sciences yaitu remdesivir diklaim mampu mempercepat pemulihan pasien Covid-19. Bahkan Badan Obat dan Makanan Amerika Serikat (AS) telah menyetujui penggunaan obat tersebut.
Baca Juga: Walau banyak sentimen positif, namun IHSG berpotensi terkoreksi di awal pekan
Sementara itu, sentimen dari dalam negeri dinilai Janson tidak berpengaruh karena asing masih mencatatkan net sell US$ 1,2 miliar atau setara Rp 17 triliun selama April 2020.
Padahal pemerintah sudah memberi insentif fiskal seperti penurunan PPh Badan dari 25% menjadi 22% bagi perusahaan yang tidak terdaftar di bursa saham dan penurunan dari 20% menjadi 19% bagi perusahaan yang terdaftar di bursa.
Bank Indonesia (BI) juga telah menerapkan monetary easing mulai dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM), suku bunga acuan dan program quantitative easing sebesar Rp 500 triliun.
"Jadi, sentimen lebih digerakkan oleh minat risiko asing yang sangat tergantung kepada perkembangan penemuan obat atau terapi Covid-19 dan vaksin," jelas Janson kepada Kontan, Kamis (30/4).
Janson juga melihat program relaksasi buyback yang sudah dicanangkan sejak Maret 2020 lalu tidak memiliki pengaruh dalam mendorong pergerakan IHSG. Menurutnya, justru perusahaan lebih baik menggunakan dana tersebut untuk kebutuhan kas cadangan atau belanja modal yang akan datang saat ekonomi pulih dari Covid-19.
Lantas bagaimana dengan kondisi IHSG di Mei 2020? Janson memprediksi pergerakan IHSG sepanjang bulan Mei ini akan bergerak di level 4.200-4.300.
Dia melihat pergerakan IHSG di bulan ini justru akan lebih berat karena kondisi laporan keuangan di kuartal II-2020 ini akan jauh lebih jelek hasilnya dari kuartal sebelumnya.
Baca Juga: IHSG menguat 3,26% jadi 4.716,40 dalam sepekan, ini pemicunya
Kuartal kedua diprediksi menjadi kondisi yang paling buruk mengingat pemberlakuan social distancing dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat ekonomi jadi tertutup.
Meski begitu, IHSG bisa mendapatkan sentimen positif apabila remdesivir terbukti ampuh dan melandai nya jumlah kasus baru Covid-19 di Indonesia. Pun dengan pergerakan bursa saham Asia dan Global, turunnya kasus baru di beberapa negara dapat menjadi sentimen positif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News