Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Bank Indonesia akan mengumumkan suku bunga acuan perbankan atau BI rate esok, Kamis (15/8). Pengumuman ini sudah ditunggu-tunggu pelaku pasar.
Ada proyeksi, tingginya inflasi Juli bisa membuat BI menaikkan suku bunga acuan atau BI rate. Jika hal itu terjadi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berpeluang tertekan.
Setidaknya pendapat ini disampaikan oleh Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia kepada KONTAN di Jakarta, Rabu siang (14/8).
Menurut Satrio, banyak pihak berharap BI tidak lagi menaikkan suku bunga acuannya. Hal ini lantaran, BI rate sudah naik 75 basis points (bps) sejak Juni lalu. Jika BI rate naik lagi, Satrio menilai dampaknya akan terasa pada pertumbuhan ekonomi.
"Ekspektasinya, BI rate tetap tidak naik. Karena jika dinaikkan lagi, ekonomi kian melambat lagi dan akan semakin sulit bangkit," tegas Satrio. Meski begitu, Satrio mengaku pasar sudah siap jika BI menaikkan suku bunga acuan 25 bps.
Menurut Satrio, sentimen kenaikan BI rate diperkirakan akan netral. Akan tetapi, imbasnya akan dirasakan oleh beberapa saham, terutama di sektor perbankan, properti, otomotif dan juga multifinance.
"Pemodal asing masih wait and see menunggu pengumuman. Namun jika IHSG ada di bawah 4.620, maka tren naik IHSG sudah selesai," kata Satrio.
Disisi lain, pengamat ekonomi Universitas Atmajaya Agustinus Prasetyantoko mengungkapkan, ada dua kemungkinan sikap bank sentral Indonesia, esok hari. Kemungkinan pertama, BI rate naik 25 bps lagi dan kemungkinan kedua BI rate tetap 6,5%.
Namun, kata Agustinus, tak hanya pengumuman BI rate saja yang menjadi kekhawatiran investor. Informasi pertumbuhan ekonomi serta defisit neraca perdagangan juga akan menjadi masalah penting bagi investor.
"Kemungkinan investor asing bereaksi negatif atas isu fundamental, terutama menyangkut defisit neraca perdagangan ditambah koreksi pertumbuhan ekonomi 2013," kata Prasetyantoko.
Jika informasi soal pertumbuhan ekonomi dan defisit perdagangan tidak menggembirakan, maka Agustinus memperkirakan, ada kecenderungan pemodal asing menarik dana dari pasar saham.
Menurut Dia, sektor saham perbankan berpotensi terkena imbas. Begitu juga dengan saham properti akan terkena dampak, meski tak terlalu besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News