kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

IHSG menanjak, saatnya belanja saham bluechip?


Kamis, 14 Oktober 2021 / 16:23 WIB
IHSG menanjak, saatnya belanja saham bluechip?
ILUSTRASI. Pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (31/3/2020).


Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah hampir 2 tahun pandemik , pertumbuhan ekonomi di 2 perekonomian raksasa dunia China dan Amerika mulai bermasalah. Apa hubungannya dengan perekonomian Indonesia? Apakah benar aliran dana asing mulai deras masuk ke Indonesia? Bagaimana investor sebaiknya melihat semua ini?

Berikut ini analisis dari Demetrius Ari Pitojo Chief Investment Officer Eastspring Investments Indonesia yang disampaikan beberapa lalu khusus kepada KONTAN.

Selain melemahnya ekonomi ini, kondisi hampir seluruh negara adalah utangnya rata-rata as per to GDP itu gede.

Beberapa hari terakhir ini kita melihat ada banyak kejadian di Amerika dan China yang membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat. Bagaimana Anda melihatnya?

Mari kita lihat 2022. Amerika itu, menurut IMF turun dari 7% ke 4,9%. China turun dari 8,1% ke 5,7%. Lihat hampir di seluruh negara advanced economy turun dari 5,6% ke 4,4%, emerging market dari 6,3% ke 5,2%. Jadi backdrop dari cerita semua ini adalah tahun depan itu, ekonomi dunia itu diperkirakan akan lebih rendah. As we recover to Covid kan recover-nya kebanyakan tahun ini. Jadi tahun depan mulai kembali normalisasi.

Nah di Amerika ini, lupakan yang namanya default.

Selain melemahnya ekonomi ini, kondisi hampir seluruh negara adalah utangnya rata-rata as per to GDP itu gede. Baik China maupun Amerika, semua itu rata-rata porsinya cukup besar. Jadi ketika mereka melemah ekonominya, mereka bukan dalam posisi yang kuat sebenarnya untuk kembali menopang ekonominya lagi.

Nah di Amerika ini, lupakan yang namanya default. Enggak bakalan default-lah mereka. Itu sudah pasti. The cost is too high, enggak mungkin. Jadi yang namanya debt ceiling itu sudah pasti lewat. Jadi isu buat Amerika taper sebenarnya. 

Ketika mereka mau taper sebenarnya ekonominya sudah melemah, jadi pertanyaannya apakah mereka akan melakukan taper. Taper itu kan sebenarnya mengurangi likuiditas. Dan memang sekarang di Amerika uang itu sudah cukup banyak sehingga bank itu sendiri itu sudah tidak bisa tahan jumlah uangnya, sehingga mereka larikan ditaruh di Fed. 

Makanya ada yang namanya reverse repo dan itu gede posisinya.  Jadi posisi uang bank yang ditaruh di Fed itu tinggi sekali sampai US$ 1,4 T sekarang kalau enggak salah.

Jadi isu taper itu sebenarnya hanya tong kosong berbunyi nyaring, artinya sebenarnya enggak.



TERBARU

[X]
×