Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melompat tinggi jelang pengumuman suku bunga The Fed. Mengutip RTI, indeks naik 1,24% atau 77.961 poin ke level 6.376,996.
Tercatat 270 saham naik, 152 saham turun, dan 137 saham stagnan. Total volume 17,66 miliar dengan nilai transaksi mencapai Rp 8,74 triliun.
Sembilan dari 10 indeks sektoral menopang laju IHSG. Sektor infrastruktur memimpin penguatan 1,96%. Sementara, hanya sektor agrikultur yang memerah 0,50%.
Baca Juga: IHSG naik 1,02% satu jam menjelang penutupan pasar
Meski demikian, investor asing membukukan net sell Rp 117,080 miliar di pasar reguler dan Rp 102,939 miliar keseluruhan market.
Saham-saham top gainers LQ45 antara lain;
- PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA, anggota indeks Kompas100 ini) naik 6,12% ke Rp 1.995
- PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE, anggota indeks Kompas100 ini) naik 5,45% ke Rp 1.450
- PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR, anggota indeks Kompas100 ini) naik 4,85% ke Rp 5.950
Saham-saham top losers LQ45 antara lain;
Baca Juga: IHSG naik 0,68% hingga penutupan perdagangan siang ini
- PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG, anggota indeks Kompas100 ini) turun 1,90% ke Rp 16.750
- PT Surya Citra Media Tbk (SCMA, anggota indeks Kompas100 ini) turun 1,04% ke Rp 1.425
- PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR, anggota indeks Kompas100 ini) turun 0,35% ke Rp 43.050
Asal tahu, pasar negara berkembang (emerging market) hari ini menghijau dengan fokus pada penurunan suku bunga The Fed. Serta kembali dimulainya perundingan perdagangan Amerika Serikat (AS)-China.
Baca Juga: IHSG menguat ke 6.325 di awal perdagangan Selasa (30/7)
Bank Sentral AS (Federal Reserve) akan memulai pertemuan kebijakan dua hari, di mana ia secara luas diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Jika diterapkan, itu akan menjadi penurunan suku bunga pertama bank sentral dalam satu dekade.
Aset-aset pasar berkembang telah menguat tahun ini di tengah harapan bahwa bank-bank sentral utama akan memangkas suku bunga dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan, yang sebagian besar berasal dari dampak perang dagang yang berlarut-larut antara Amerika Serikat dan China.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News