Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 2,02% atau 91,74 poin atau 4.623,43 pada perdagangan terakhir pekan ini. Dalam sepekan terakhir, IHSG tercatat menguat 1,71%.
Wall Street kembali turun pekan ini setelah pelaku pasar kembali fokus pada Covid-19. Sentimen positif bursa saham pekan ini adalah kenaikan harga minyak setelah mencapai level terendah dalam beberapa tahun terakhir Presiden AS Donald Trump mengatakan telah bicara dengan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Saudi Mohammad Bin Salman untuk mengurangi produksi minyak mentah.
Tahun ini harga minyak sudah turun lebih dari 58% yang berakibat pelaku pasar menjual aset keuangan lain untuk menutup kerugian kontrak minyak mentah. Penurunan ini juga memukul industri shale oil AS yang mendorong ekonomi dan menyerap banyak tenaga kerja di sana.
"Saya tidak percaya Rusia dan anggota OPEC akan segera menurunkan pasokan minyak mentah mereka karena Arab baru saja menaikan produksi," kata Hans Kwee, Direktur Anugerah Mega Investama dalam riset, Sabtu (4/4).
Baca Juga: IHSG bangkit di pekan ini, bagaimana dengan pekan depan?
Selain itu tanpa partisipasi AS dalam menurunkan produksi shale oil sulit menemukan penurunan produksi dalam waktu dekat. Pasalnya, produksi minyak AS masih berada di kisaran tertinggi lebih dari 12 juta barel per hari.
Harga minyak cenderung tertekan akibat penurunan permintaan akibat aktivitas lockdown yang di pakai berbagai negara untuk melawan Covid 19. Hanya China yang mulai pulih dari Covid 19 dilaporkan mulai membeli minyak untuk cadangan darurat menjadi berita positif minyak mentah.
Hans mengatakan, pasar keuangan akan memperhatikan pernyataan Presiden Donald Trump yang mengatakan mereka bersiap dengan lonjakan kasus virus korona baru dalam dua pekan ke depan. Pejabat Gedung Putih memproyeksikan antara 100.000 dan 240.000 kematian di AS dengan perkiraan puncaknya selama dua minggu ke depan.
Baca Juga: Stimulus Dorong IHSG, tapi Masih Rawan Aksi Jual
Rilis data ekonomi belakangan menunjukkan dampak virus corona terhadap ekonomi AS dan dunia. Indeks manufaktur ISM turun menjadi 49,1 di Maret dari 50,1 pada Februari. Klaim awal tunjangan pengangguran naik menjadi 6,65 juta dari sebelumnya 3,3 juta pengangguran AS pada pekan terakhir Maret. Data ini kembali mencatatkan rekor tertinggi.
Sedangkan data lapangan kerja AS turun 701.000 pada Maret dan ini merupakan laporan pekerjaan terburuk sejak 2009. Tingkat pengangguran naik menjadi 4,4%. Lockdown di sebagian wilayah melawan Covid 19 membuat ekonomi AS menjadi berat dan ini akan di konfirmasi oleh data-data yang keluar. "Ditambah dengan lonjakan kasus Covid 19 membuat kami perkirakan indeks-indeks di Wall Street akan cenderung tertekan pekan depan," imbuh Hans.
Bursa Eropa fluktuatif setelah terangkat oleh kenaikan harga minyak. Tapi besarnya data kasus Covid 19 di Italia, Spanyol, Jerman, dan Prancis menekan pergerakan pasar keuangan. Besarnya kasus di Italia, Spanyol, dan Prancis diikuti angka persentase kematian yang cukup tinggi di atas 10 %.
Italia memberikan harapan setelah mulai menunjukkan kurva penurunan pada kasus baru, tetapi masih cukup awal menyimpulkan bahwa Covid 19 akan segera berlalu. Data ekonomi yang keluar mengkonfirmasi dampak Covid 19 terhadap perekonomian.
Sebagian saham industri keuangan mengalami tekanan akibat menunda dan membatalkan pembagian dividen dan akan memilih melakukan buyback saham mengikut anjuran Bank Sentral Eropa (ECB). ECB menganjurkan agar uang tunai yang dihasilkan harus digunakan untuk menopang perekonomian kawasan tersebut.
Baca Juga: Kacamata Tom Ford hingga sandal Salvatore Ferragamo didiskon
Dalam jangka pendek terutama dalam periode ketidakpastian pelaku pasar lebih mementingkan kas. Karena itu pelaku pasar memilih menjual aset berisiko dan memegang kas. Di jangka panjang, strategi buyback akan menguntungkan perusahaan dan pemegang saham. " Kami pikir pasar Eropa akan cenderung fluktuasi cenderung tertekan," kata Hans.
Pasar saham Indonesia sempat menguat merespons paket stimulus fiskal senilai Rp 405,1 triliun yang disiapkan Presiden Jokowi untuk melawan dampak negatif penyebaran pandemi Covid-19 terhadap perekonomian. Tetapi perkiraan terburuk dampak Covid 19 terhadap perekonomian juga menekan pergerakan pasar.
Perkiraan nilai tukar rupiah terhadap sekitar dari Rp 17.500-Rp 20.000 per dolar AS, inflasi 3,9%–5,1% minyak US$ 38-US$ 31 per barel dan pertumbuhan ekonomi 2,3% hingga -0,4%. Angka prediksi yang jelek akan menjadi kekuatan dan sentimen positif ketika data realisasi lebih baik dari perkiraan.
Baca Juga: Rupiah Bakal Lebih Stabil Bila Penanganan Corona Lebih Baik
Pasar saham Indonesia menutup akhir pekan dengan kinerja positif akibat kenaikan harga minyak mentah dunia dan stimulus fiskal. Kenaikan jumlah kasus yang cenderung lebih lambat di bandingkan negara lain dikhawatirkan akibat masih rendahnya jumlah tes yang dilakukan. Kenaikan jumlah kasus ketika tes diperbanyak menjadi indikasi bagus penanganan kasus Covid 19.
"IHSG kami perkirakan berpeluang konsolidasi melemah terkoreksi di awal-awal pekan dan kembali menguat di akhir pekan," kata Hans.
Pergerakan IHSG akan sangat di pengaruhi pasar global dan regional. Support IHSG di level 4.393 sampai 3.918 dan resistance di level 4.848 sampai 5.112. "Cenderung buy on weakness atau beli ketika terjadi pelemahan di pasar," pungkas Hans.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News