Reporter: Yuliana Hema | Editor: Yudho Winarto
Valuasi masih murah
Mandiri Sekuritas menilai, valuasi IHSG saat ini masih rendah, berada di kisaran 11,6 kali Price Earning (PE) dengan dividend yield 5,6%.
Untuk saham big caps yang tergabung dalam IDX30, valuasinya lebih murah lagi yakni 10,6 kali PE dengan proyeksi dividend yield mencapai 5,9%.
“Dengan yield SBN yang mulai menurun, saham blue chip berpotensi jadi pilihan karena memberikan imbal hasil relatif lebih menarik,” kata Joezer.
Baca Juga: IHSG Menguat 0,20% ke 7.952,08, Saham Big Banks Bergerak Variatif Kamis (28/8)
Sejalan, Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata menilai, valuasi IHSG masih atraktif di kisaran forward PE 13,5–14 kali, masih di bawah rata-rata historis 10 tahun sekitar 15 kali.
“Dengan foreign net buy yang sudah mencapai Rp 10,5 triliun dalam sebulan terakhir, ruang tambahan inflow tetap terbuka. Kuncinya stabilitas makro tetap terjaga dan kinerja emiten kuartal III solid,” ujar Liza.
Persaingan regional
Meski begitu, Indonesia tetap bersaing ketat dengan pasar saham lain dalam menarik dana asing. Liza menyebut Vietnam dan India menjadi pesaing utama.
“Vietnam unggul dari sisi valuasi yang lebih murah dan prospek industrialisasi cepat, sementara India ditopang konsumsi domestik yang besar,” katanya.
Baca Juga: IHSG dan Rupiah Kompak Menguat pada Kamis (28/8/2025) Siang
Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menambahkan, negara seperti Thailand, China, Filipina, dan Vietnam juga menjadi kompetitor.
“Pada akhirnya, negara yang mampu memberikan kepastian kebijakan akan lebih menarik bagi investor asing,” jelasnya.
Proyeksi akhir tahun
Untuk proyeksi, Nico memperkirakan IHSG hingga akhir 2025 bergerak di kisaran 7.740–7.920. Jika konsisten ditutup di atas 7.900, target berikutnya berada di 8.080 dengan probabilitas 69%.
Kiwoom Sekuritas lebih optimistis, dengan skenario IHSG melaju ke 7.800–8.000, didukung inflow asing positif dan pertumbuhan laba emiten 10%–20% year on year (YoY).
“Forward PE di kisaran 14 kali masih tergolong wajar dan tidak terlalu mahal dibanding rata-rata kawasan,” pungkas Liza.
Selanjutnya: IKI vs PMI Manufaktur, Sektor Industri Indonesia Ekspansi atau Kontraksi?
Menarik Dibaca: Ini Manfaat Skin Fasting dan Cara Melakukannya dengan Benar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News