Reporter: Sandy Baskoro, Amailia Putri Hasniawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kejatuhan pasar saham domestik turut menggerus dana kelolaan reksadana berbasis saham. Di sisi lain, penurunan itu membuka peluang bagi investor untuk mengakumulasi beli reksadana.
Direktur Danareksa Investment Management Prihatmo Hari mengakui koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ikut menekan kinerja sejumlah reksadana saham yang mereka kelola. Persentase penurunannya hampir sama dengan koreksi IHSG beberapa waktu lalu.
IHSG terpapar lemas, pada penutupan Selasa (9/8), yakni 3.735,12. Angka ini anjlok 10,93% dari level terkuatnya sepanjang sejarah, 4.193,44, yang tercipta awal Agustus.
Danareksa juga meraih berkah dari kejatuhan indeks. "Beberapa nasabah justru masuk ketika itu, meskin nilainya masih di bawah Rp 500 miliar," ungkap Prihatmo kepada KONTAN, Kamis (11/8).
Direktur Schroder Investment Management Indonesia Michael Tjandra Tjoajadi menyebutkan, rata-rata nilai aktiva bersih (NAB) per unit reksadana saham yang mereka kelola menurun 7% hingga 8%. Angka itu mengikuti koreksi IHSG yang hampir 11%.
Tapi, kondisi tersebut justru mengundang masuk investor. "Kami memperoleh subscribtion baru di awal Agustus senilai Rp 1,4 triliun hingga
Rp 1,5 triliun," ungkap dia. Dari jumlah itu, sekitar 70% masuk reksadana saham.
Prihatmo mengemukakan, investor saat ini lebih mengerti strategi berinvestasi. Tatkala pasar terpuruk, pemodal justru masuk, lalu kemudian memetik untung di saat pasar bullish.
Instrumen saham dinilai masih akan menarik pada semester kedua tahun ini. Pasalnya, sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia segera melanjutkan aksi ekspansinya.
Hal ini tentu berdampak positif terhadap kinerja perusahaan dan sahamnya di pasar. "Jadi, reksadana saham bisa menjadi pilihan investasi," kata Prihatmo.
Edbert Suryajaya, analis PT Infovesta Utama, sebuah perusahaan pemeringkat reksadana menilai saat ini investor yang berkarakter agresif bisa masuk pasar reksadana saham berbasis saham.
Menurut dia, indeks saham hanya terkoreksi sementara dan akan menanjak lagi di akhir tahun nanti. "Untuk sementara, Infovesta menargetkan IHSG hingga akhir tahun di level 4.350," ucap Edbert.
Dengan asumsi itu, potensi pertumbuhan indeks saham dan reksadana saham di akhir tahun nanti di atas 15%.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan mencatat nilai total NAB reksadana sejak awal tahun hingga Selasa (9/8) naik 10,49% menjadi Rp 188,41 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News