Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan bergerak melemah dalam sebulan ke depan. Pasalnya, sejumlah sentimen negatif masih cukup dominan menekan pasar saham Indonesia maupun pasar saham global.
Dalam risetnya, Selasa (12/10), tim riset Panin Sekuritas menyebutkan salah satu sentimen yang mempengaruhi pasar yakni kenaikan suku bunga oleh bank sentral di global.
Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve kembali menaikkan Federal Fund Rate (FFR) sebanyak 75 basis points (bps) menjadi 3,25%.
Kemudian, Bank of England kembali menaikkan suku bunganya sebanyak 50 bps menjadi 2,25%. Adapula Reserve Bank of Australia (RBA) yang menaikkan cash rate-nya sebanyak 50 bps menjadi 2,35%.
Baca Juga: ASII dan TLKM Terbesar, Asing Banyak Melepas Saham-Saham Ini, Rabu (12/10)
Arah kebijakan The Fed berpotensi masih akan terus hawkish hingga inflasi di Negeri Paman Sam tersebut berhasil turun ke level 2%. Hal ini mengakibatkan setidaknya FFR dapat naik hingga ke kisaran 5% di kuartal keempat 2023.
Kedua, pelemahan mata uang. Mayoritas nilai tukar negara di global terdepresiasi terhadap dolar AS. Terpantau nilai tukar Rupiah menembus Rp15.200 per dolar AS atau terdepresiasi hingga -6,4% sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd).
Namun dalam perkembangannya, depresiasi Rupiah tidak sedalam mata uang negara Asia lainnya, dimana Ringgit Malaysia (MYR) terkoreksi 10,12% ytd, Rupee India terdepresiasi 8,64% ytd, Baht Thailand (THB) minus 11,5% ytd, dan Yen Jepang (JPY) minus 20,22% ytd.
Sehingga Panin Sekuritas menilai, indeks akan bergerak sideways dengan kecenderungan melemah untuk satu bulan ke depan.
Baca Juga: Cek Saham-saham yang Banyak Dijual Asing Saat IHSG Terkoreksi Kemarin
“Hal ini disebabkan oleh antisipasi kebijakan moneter yang agresif di global, tensi yang kembali meningkat antara Rusia dan Ukraina setelah serangan di jembatan Crimea, potensi lockdown di China karena kasus baru yang meningkat, serta tekanan untuk komoditas dan Rupiah,” papar Tim Riset Panin Sekuritas, Selasa (12/10).
Di sisi lain, masih terdapat sejumlah sentimen positif bagi pasar saham, diantaranya prospek pertumbuhan domestik yang tetap solid. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) memperkirakan Product Domestic Bruto (PDB) Indonesia untuk kuartal ketiga 2022 akan lebih baik dari di kuartal kedua 2022 yang tercatat tumbuh 5,44%.
Pemerintah pun telah menyetujui APBN 2023, dengan target PDB 2023 di 5,3% dan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dibatasi pada -2,84% PDB.
Panin Sekuritas menilai sektor perbankan dan energi menjadi pilihan. Meski dalam sebulan terakhir, sektor energi melemah akibat sentimen resesi, Panin Sekuritas melihat sektor energi masih akan positif ke depannya.
Proyeksi ini didorong oleh potensi pemangkasan output dari OPEC+ sebesar 2 juta bph, meningkatnya permintaan energi memasuki musim dingin, serta hujan di beberapa negara produksi batubara, seperti Indonesia dan Australia, yang akan menghambat produksi.
Baca Juga: Asing Banyak Menadah Saham-saham Ini di Tengah Koreksi IHSG pada Awal Pekan
Sementara itu, sektor perbankan juga turun -1,4% secara bulanan yang disebabkan oleh antisipasi meningkatnya beban provisi karena inflasi serta tekanan nilai tukar.
Namun, Panin Sekuritas melihat sektor perbankan masih akan positif, didorong oleh rilis pertumbuhan kredit yang masih positif, serta kenaikan suku Bunga Bank Indonesia yang akan diikuti oleh kenaikan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK).
Di sisi lain, terdapat sejumlah sektor yang diproyeksi masih akan tertekan. Pertama, sektor infrastruktur seiring realisasi kontrak baru yang masih lemah. Kedua, sektor industrial seiring potensi meningkatnya inflasi serta depresiasi nilai tukar, yang akan berdampak ke kontraksi manufaktur.
Baca Juga: Saham GOTO: Tekanan Jual Mereda, Asing Catatkan Net Buy
Ketiga, sektor teknologi seiring ketatnya likuiditas dan kenaikan suku bunga yang akan berdampak terhadap cost of capital.
Untuk periode Oktober 2022, Panin Sekuritas merekomendasikan sejumlah saham seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), serta PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News