Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengalami pelemahan sebesar -0,81% ke level Rp244 pada perdagangan pekan lalu. Harga saham GOTO masih bergerak konsolidatif, sejalan dengan pergerakan IHSG yang juga cenderung flat dengan pelemahan sebesar -0,21%. Sementara itu, indeks sektor teknologi menguat sebesar 1,68% pada periode yang sama.
Secara teknikal, harga saham GOTO masih bergerak dalam area konsolidasinya di rentang Rp236 - Rp254 sepanjang pekan ini. Harga saham platform digital terbesar dan terlengkap ini terus menjauh dari level harga terendahnya sejak 20 Mei 2022 di level Rp234.
Dari sisi aktivitas transaksi, volume transaksi mencapai 2,7 miliar lembar turun -8,16% dari total volume transaksi pekan lalu. Penurunan ini bisa menjadi indikasi bahwa tekanan jual sudah mereda.
Menariknya, di tengah penurunan nilai transaksi, investor asing justru mencatatkan net buy senilai Rp25,73 miliar dalam sepekan. Sejak IPO, net buy investor asing terhadap saham GOTO secara kumulatif telah mencapai Rp 914 miliar.
Baca Juga: Beda Arah, Cek Harga Saham BUMI dan GOTO di Perdagangan Bursa Jumat (7/10)
Ke depan, prospek saham GOTO akan dipengaruhi sejumlah faktor. Riset Macquarie Sekuritas Indonesia yang disusun Ari Jahja dan Akshay Sugandi mengungkapkan, dari sisi internal, faktor paling dominan adalah ekspansi GOTO ke bisnis pembiayaan (lending business) baik menyalurkan pinjaman ke konsumen (user) maupun ke para mitra usaha Go Food dan merchant Tokopedia dalam bentuk kredit produktif.
Akhir pekan lalu, Tokopedia dan Bank Jago menggelar edukasi bersama ke para merchant, melanjutkan aktivitas serupa ke para mitra GoFood. Pelaku pasar pun memaknai manuver ini bukan sekadar edukasi biasa.
Tapi ada tujuan spesifik yang hendak dituju, misalnya sebagai ajang sosialisasi tentang fasilitas pinjaman. Apalagi, sebelumnya, Jago dan GOTO telah menjalin kemitraan dalam produk GoPayLater Cicil di platform Tokopedia.
Riset Macquarie Sekuritas menjelaskan, GOTO memiliki kekuatan sebagai satu-satunya perusahaan yang dapat memfasilitasi transaksi antara konsumen, merchant, mitra driver, dan mitra pihak ketiga melalui solusi pembayarannya yang menyeluruh.
Mulai dari: e-money dan e-wallet (GoPay), layanan keuangan (GoPayLater, GoPayLater Cicil, GoModal), payment gateway online dan offline (Midtrans), cloud POS products (Moka) dan solusi bisnis merchant (GoBiz, GoStore, dan Selly).
”GOTO juga terus meningkatkan kemampuannya dalam credit scoring dan kemampuan loan underwriting,” catatan riset Macquarie yang dengan ini layanan keuangan GOTO memungkinkan berperan maksimal dalam pendalaman inklusi keuangan khususnya untuk menjangkau masyarakat kategori unbanked dan underbanked.
Baca Juga: Dua Kebijakan Pemerintah Berikut Ini Bakal Menekan GTV dan Profitabilitas GOTO
Dalam membesarkan bisnis lending, market meyakini GOTO dan Jago tidak akan berhenti di GoPayLater Cicil. Mereka juga akan menggarap kredit produktif ke para mitra GoFood dan merchant Tokopedia. Ketika semua agenda ini terealisasi, dampaknya ke GOTO diyakini akan signifikan.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandu Dewanto sebelumnya mengungkapkan, GOTO akan memiliki sumber pendapatan baru dari bisnis lending. Seperti biaya provisi, biaya aplikasi dan tentu saja bagi hasil dari pendapatan bunga yang dikenakan ke debitur.
Efek positif lainnya adalah peningkatan loyalitas pengguna karena GOTO mampu menyediakan modal kerja dan memfasilitasi transaksi dengan opsi angsuran.
Maka hal ini menjadi sumber pendapatan baru GOTO sebagai sumber revenue yang bukan semata dari komisi transaksi di aplikasi tetapi juga dari margin di bisnis lending. “Pengaruhnya untuk peningkatan pendapatan GOTO seharusnya positif karena peminjam akan lebih transparan sehingga diharapkan semakin mudah untuk menjangkau calon klien-nya,” ujar Pandu.
Jika mengacu ke rata rata bunga fintech lending 0,4% perhari, prospek bisnis GOTO Finansial cukup menjanjikan. GOTO tidak akan menemui kesulitan dalam proses penyaluran pinjaman di ekosistemnya karena sudah memiliki pangsa pasar berdasarkan data dari ekosistem sendiri.
Katalis positif lainnya adalah momen window dressing yang selalu muncul di akhir tahun ini. Sejumlah saham yang mengalami tekanan berat sepanjang dua kuartal terakhir, seperti saham teknologi, transportasi dan konstruksi, berpotensi rebound. Apalagi, pemerintah tengah mempertimbangkan untuk menurunkan kembali harga bahan bakar bersubsidi.
Baca Juga: Masih Merugi, GOTO Dinilai On Track Raih Profit! Begini Analisisnya
Investor juga masih optimistis dengan prospek perekonomian negeri ini yang tercermin dari Aktivitas manufaktur Indonesia yang semakin ekspansif. Data Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia meningkat ke level 53.7 pada September 2022.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak Januari tahun ini. Penguatan sektor manufaktur Indonesia didorong oleh kondisi permintaan yang lebih baik sehingga membantu mendorong kenaikan yang signifikan pada permintaan hampir selama satu tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News