Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham Indonesia masih bergerak volatil. Isu global dan lokal masih membayangi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Sentimen perang dagang Amerika Serikat versus Tiongkok, misalnya, masih menjadi perhatian para pelaku pasar. Dalam sebulan terakhir, IHSG sudah melemah 2,91%. Indeks saham sempat bergerak ke level terendah 6.140 pada Rabu (28/3) dua pekan lalu. Meski sempat menguat, IHSG kembali jatuh di level 6.157 pada Rabu (4/4).
Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas, Alfred Nainggolan, menyebutkan pelemahan IHSG dipicu oleh data ekonomi domestik, misalnya pertumbuhan ekonomi yang tak sesuai dengan ekspektasi.
Sebab, ada ekspektasi yang tinggi terhadap pertumbuan ekonomi di kisaran 6,35% hingga 6,5%. "Ternyata ada pernyataan dari pemerintah bahwa sulit mencapai target seperti di kuartal I-2017," ungkap dia kepada KONTAN, Senin (9/4).
Managing Director & Head of Equity Capital Market Samuel Internasional, Harry Su juga mengemukakan bahwa isu perang dagang AS vs Tiongkok sempat membuat pasar cemas. "Isu perang dagang jelek untuk Indonesia, karena ekonomi China akan slowdown dan Indonesia ikut melemah," kata dia, kemarin.
Meski demikian, pergerakan IHSG masih didominasi sentimen domestik, seperti data pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat.
Sedangkan analis Paramitra Alfa Sekuritas, William Siregar, menilai sentimen perang dagang sudah terlewati. "Posisi IHSG saat ini justru sedang ada di bottom dan waktu yang tepat untuk masuk pasar," ujar dia.
Bagi pengamat pasar modal, Teguh Hidayat, sentimen perang dagang tak punya andil besar dalam down trend IHSG beberapa minggu terakhir. "Memang pada dasarnya IHSG sudah naik cukup tinggi dalam dua tahun terakhir. Dalam kondisi ekonomi yang baik pun belum tentu IHSG terus naik," kata dia.
IHSG sempat menyentuh rekor sepanjang masa, yakni di posisi 6.693 pada 19 Februari 2018. Teguh menilai, secara fundamental, ekonomi Indonesia cukup kuat menghadapi sentimen global. "Secara fundamental, ekonomi Indonesia tak ada masalah, kinerja emiten bagus, inflasi dan pengangguran rendah," kata dia.
Para analis sepakat, IHSG berpotensi kembali melanjutkan penguatan. Hingga akhir 2018, IHSG bisa berada di level 6.700.
William bilang, beberapa emiten yang bergerak di sektor konsumer bisa jadi penopang IHSG, Sebab, tahun ini ada banyak agenda yang jadi katalis positif seperti pilkada, Asian Games, serta pertemuan IMF di Bali. "Sebentar lagi juga akan ada momentum puasa dan lebaran, ini semua bisa mengerek daya beli masyarakat khususnya menengah bawah," ujar William.
Harry bilang, beberapa saham yang menarik dikoleksi adalah emiten di sektor pertambangan dan komoditas seperti ANTM, PGAS, DOID, ADRO, PTBA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News