kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG Berpotensi Menguat di Semester Kedua, Intip Saham-Saham Pilihan Berikut


Sabtu, 04 Maret 2023 / 14:04 WIB
IHSG Berpotensi Menguat di Semester Kedua, Intip Saham-Saham Pilihan Berikut
ILUSTRASI. IHSG lebih volatile di semester pertama seiring dinamika kebijakan suku bunga yang diharapkan berakhir di tengah tahun.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi mulai bergerak positif di semester kedua 2023. Sejak awal tahun hingga Jumat (3/3), IHSG tercatat turun 0,54% ke 6.813,64.

Research & Consulting Manager PT Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengatakan, IHSG sedang berada di fase konsolidasi. Salah satunya karena tensi geopolitik Rusia-Ukraina yang menjadi kontributor risiko dari global. Pasar juga sedang dihadapkan pada peningkatan risiko, khususnya dari inflasi Amerika Serikat (AS) yang turun tidak sesuai ekspektasi dan inflasi produsen AS yang kembali memanas.

"Hal ini meningkatkan kekhawatiran pasar akan kebijakan the Fed yang lebih hawkish dibanding sebelumnya," kata Nico kepada Kontan.co.id, Selasa (28/2).

Di sisi lain, sentimen penahan pelemahan pasar diperkirakan berasal dari laporan keuangan emiten. Mayoritas emiten berpotensi mencatatkan hasil di atas ekspektasi konsensus.

Baca Juga: 3 Saham, 2 Waran, dan 2 Obligasi Tercatat di BEI Dalam Sepekan

IHSG lebih volatile di semester pertama seiring dinamika kebijakan suku bunga yang diharapkan berakhir di tengah tahun. Kemudian risiko akan mereda pada semester kedua seiring proyeksi inflasi yang lebih turun dan terkendali. Selain itu ada potensi kenaikan dari kegiatan kampanye pada kuartal keempat yang akan mendorong perputaran uang di masyarakat.

"Proyeksinya IHSG akan lebih baik di 2023 ini dibanding tahun 2022, target IHSG di level rentang 7.220-7.350," ujar Nico.

Ekonom BCA David Sumual mengatakan, arah IHSG sampai akhir tahun juga akan positif. Mengingat semester kedua akan dimulai kampanye politik dengan dana yang disiapkan dari pemerintah sebesar Rp 7,76 triliun. Sehingga tambahan likuiditas akan memberikan efek terhadap ekonomi dalam negeri.

"Secara historis, sejak Pemilu 2014 indikator IHSG dan instrumen investasi lainnya seperti obligasi juga baik," kata David.

Baca Juga: Net Buy Asing Rp 2,69 Triliun Sepekan Saat IHSG Turun

Memanfaatkan sentimen tersebut, David menilai sektor yang akan terimbas adalah sektor media dan food and beverages. Sebabnya, perputaran uang akan mengerek pendapatan perusahaan sektor tersebut.

Sementara Nico menilai dengan kondisi saat ini, sektor perbankan, konsumer primer, dan emiten nikel akan prospektif di tahun ini. "Banking khususnya big 4 perbankan akan ditopang dengan ekspektasi pertumbuhan penyaluran kredit, konsumer primer akan didorong oleh sentimen kampanye, dan emiten nikel akan terdorong sentimen hilirisasi yang membuat potensi kenaikan nilai ekspor," kata Nico.

Di sisi lain, saham di sektor properti dan infrastruktur mesti diwaspadai. Sebab, permintaan masih akan tersendat. Apalagi insentif di sektor ini juga belum banyak. Di sektor infrastruktur, beberapa emiten di sektor ini sedang fokus pada deleveraging lantaran risiko utang yang sudah terlalu besar.

Baca Juga: IHSG Turun 0,63%, Ini 10 Top Gainers dan Losers Bursa Saham Sepekan

"Investor bisa hold dan buy saham yang memiliki fundamental kuat, undervalued, ataupun saham yang akan memberikan dividen tinggi dari hasil laporan keuangan 2022," papar Nico. Beberapa saham yang direkomendasikan Nico adalah BBCA, BBRI, BBNI, BMRI, ICBP, INDF, MYOR, ANTM, dan MDKA.

Praktisi Pasar Modal Sunar Susanto menambahkan, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) sektor yang menarik diperhatikan adalah non cyclicals (konsumen primer), kesehatan, industri dasar, keuangan, dan industri. Beberapa saham yang menarik adalah BBCA, BMRI, BBRI, BNGA, BJTM, ASII, TLKM, ICBP/INDF, KLBF, INCO, AKRA, dan GOTO.

Untuk perbankan, dinilai menarik seiring kondisi makro ekonomi Indonesia yang positif. Selain itu memiliki pertumbuhan kinerja yang baik. "BJTM juga didukung potensi dividen yang besar," pungkas Sunar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×