Reporter: Jose Akmal | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,48% atau 37,59 poin. Indeks tutup ke level 7.740,90 pada Rabu (25/9). Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG bergerak di zona merah dengan level terendah 7.633 dan level tertinggi 7.779.
Total volume perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin mencapai 30,12 miliar dengan nilai transaksi Rp 19,61 triliun. Ada 370 saham yang turun, 228 saham yang naik dan 200 saham lain yang tidak berubah atas stagnan.
Investor asing membukukan net sell jumbo sebesar Rp 1,86 triliun di seluruh pasar. Meski demikian dalam sepekan terakhir net buy asing masih mencapai Rp 5,28 triliun di seluruh pasar.
Baca Juga: Cermati IHSG Saat di Tengah Penurunan Kinerja dan Sentimen Negatif
Direktur PT Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus memperkirakan, IHSG masih akan menguat dengan support di level 7.650 dan resistance di 7.820 pada Kamis (26/9).
Menurut dia, koreksi IHSG hari ini masih sebatas koreksi wajar. Investor masih akan mencermati inflow maupun outflow asing yang terjadi di pasar saham beberapa hari terakhir.
Rekomendasi saham Daniel yang menarik untuk dilirik, Kamis (26/9) adalah MDKA dengan target harga Rp 2.550, INCO dengan target harga Rp 4.200, dan HRUM dengan target Rp 1.600.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat di Akhir 2024, Ini Sentimen Pendorongnya
Research Analyst Phintraco Sekuritas Nurwachidah menyatakan, bersamaan dengan pelemahan IHSG pada Rabu (25/9), investor perlu mewaspadai indikator MA20 di kisaran 7.730. Pelemahan di bawah MA20 memperkuat sinyal minor reversal.
Pelemahan IHSG terjadi ketika nilai rupiah menguat di bawah Rp 15.100 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (25/9) sore.
Penguatan nilai tukar rupiah tersebut masih terkait dengan keputusan The Fed untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 50 bps, serta keputusan BI untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps pekan lalu.
Dari sisi eksternal, ekspektasi pemulihan ekonomi China dapat memicu peningkatan selera pasar terhadap pasar modal Tiongkok.
Baca Juga: Jalan Terjal IHSG, Longsor Diterpa Depresiasi Rupiah dan Saham BREN
Ekspektasi ini meningkat bersamaan rencana stimulus moneter oleh bank sentral Tiongkok. Ekonom memperkirakan, ekonomi Tiongkok memerlukan stimulus ekstra di luar stimulus fiskal tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News