Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terseok-seok. Pada Selasa (11/6), kinerja IHSG turun 0,95% ke level 6.855 pada akhir perdagangan.
Melansir RTI, kinerja IHSG sudah turun 3,43% dalam seminggu dan turun 3,29% dalam sebulan. Secara year to date (ytd), kinerja IHSG sudah tergerus 5,74%. Pada Selasa, dana asing juga tercatat keluar Rp 1,23 triliun di pasar reguler.
Pasar saham Indonesia juga diturunkan peringkatnya menjadi underweight oleh Morgan Stanley. Melansir pemberitaan Bloomberg, penurunan rating itu utamanya diakibatkan oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah, sehingga ada risiko untuk berinvestasi di pasar saham Indonesia.
Baca Juga: IHSG Anjlok ke 6.855 Selasa (11/6), Net Sell Asing Tembus Rp 1,17 Triliun
Di sisi lain, ketidakpastian terkait kebijakan fiskal akibat masa transisi pemerintahan membuat pasar saham domestik semakin volatil. Program makan siang gratis dari presiden terpilih Prabowo Subianto dinilai Morgan Stanley berpotensi menjadi beban untuk kondisi fiskal Tanah Air.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy bilang, apa yang dikhawatirkan akhirnya terjadi, yaitu penurunan rating terhadap pasar modal Indonesia.
“Saat ini harga saham lebih banyak yang turun dibandingkan yang naik. Lalu, volatilitas meningkat dan nilai transaksi turun selama empat hari terakhir,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (11/6).
Budi melihat, turunnya IHSG hari ini diakibatkan aliran dana asing yang keluar, pelemahan rupiah, transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang defisit, dan juga masih berlakunya mekanisme full call auction (FCA).
Baca Juga: IHSG Naik ke ke 6.921 Hari Ini (10/6), BREN, GOTO, BBRI Paling Banyak Net Sell Asing
“Dana asing diperkirakan lari ke Malaysia, Taiwan, dan bursa regional lainnya. Sebagian juga kemungkinan pindah ke surat berharga negara (SBN),” katanya.
Di sisi lain, penurunan IHSG juga masih kena sentimen dari saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang masih ada di dalam papan pemantauan khusus (PPK).