CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.879   -20,00   -0,13%
  • IDX 7.141   -73,55   -1,02%
  • KOMPAS100 1.093   -10,03   -0,91%
  • LQ45 872   -3,51   -0,40%
  • ISSI 215   -3,49   -1,60%
  • IDX30 447   -1,05   -0,23%
  • IDXHIDIV20 540   0,91   0,17%
  • IDX80 125   -1,17   -0,92%
  • IDXV30 135   -0,50   -0,37%
  • IDXQ30 149   -0,06   -0,04%

IHSG berpeluang tertekan di bulan September, cermati saham-saham berikut


Minggu, 01 September 2019 / 14:54 WIB
IHSG berpeluang tertekan di bulan September, cermati saham-saham berikut
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kuartal ketiga 2019 akan berakhir kurang dari satu bulan lagi. Dalam dua bulan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tipis 0,47%. IHSG pada bulan September diprediksi masih akan tertekan.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, imbal hasil IHSG pada bulan September selama lima tahun terakhir cenderung negatif. Begitu juga dengan September 2019 ini.

Menurut dia, secara teknikal, akan sulit bagi IHSG untuk naik jika tidak mampu menembus level 6.330.  “Kalaupun bisa tembus, penguatan yang terjadi hanya terbatas pada area 6.400-6.450 saja,” kata Herditya kepada Kontan.co.id, Jumat (30/8).

Baca Juga: Empat saham perbankan turun di Agustus 2019, simak rekomendasi analis

Sebagai informasi, per perdagangan Jumat (30/8), secara year to date IHSG telah menguat 2,19% ke level 6.328,47.

Menurut Herditya, penyebabnya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih cenderung moderat. Maklum saja, tingkat produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih dominan digerakkan oleh konsumsi masyarakat.

Sayangnya, momen Hari Raya Idul Fitri yang bisa meningkatkan konsumsi masyarakat sudah berlangsung pada kuartal II-2019. Alhasil, menurut Herditya, tidak ada lagi katalis yang dapat membuat konsumsi masyarakat meningkat.

Baca Juga: Saham HMSP teratas, inilah 10 saham penggerus IHSG selama bulan Agustus 2019

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2019 hanya 5,05% secara tahunan. Dengan begitu, terjadi perlambatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada periode sama tahun lalu yang sebesar 5,27%. Bahkan, pada kuartal I-2019, pertumbuhan ekonomi Tanah Air masih sebesar 5,07%.

Sementara itu, Associate Director Research and Investmenet Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilanus Nico Demus mengatakan, IHSG pada September masih memiliki dua kemungkinan, yaitu  turun atau naik.  Pasalnya, ada pertemuan antara  Amerika Serikat (AS) dan China untuk negosiasi perang dagang pada bulan ini.

Menurut Nico, apabila hasil dari pertemuan itu positif, maka IHSG dan indeks global lainnya akan menghijau. “Sebaliknya, jika tidak IHSG akan melemah hingga 6.185-6.270,” kata Nico.

Hingga akhir tahun, Nico memperkirakan IHSG bisa mencapai level 6.550. Sebaliknya, Herditya memprediksi IHSG akan cenderung bearish degan target akhir tahun di level 6.334.  Pasalnya, menurut Herditya, banyak sentimen yang cenderung dapat menurunkan IHSG, seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan ekonomi global, serta isu resesi AS.

Oleh karena itu, Herditya mengatakan, investor bisa mengambil dua sikap, yaitu wait and see atau mengoleksi saham-saham defensif dengan kapitalisasi pasar yang besar, terutama untuk investasi jangka panjang. Ia merekomendasikan investor buy on weakness saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

Baca Juga: Review IHSG: Cenderung Menguat, Meski Dilanda Aksi Jual Asing

Ia juga merekomendasikan investor untuk mulai membeli saham-sahm perbankan yang memiliki kapitalisasi pasar besar. Alasannya, saham-saham ini masih berpotensi tumbuh karena adanya penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebanyak dua kali dalam dua bulan ke belakang, dari 6% ke 5,57% kemudian turun lagi ke 5,5%.

Di sisi lain, Nico merekomendaiksn investor untuk fokus trading jangka pendek pada saham-saham yang memiliki pendapatan stabil dan liabilitas dalam jumlah yang tidak terlalu banyak (blue chip). “Kalaupun untuk jangka panjang, berarti fokusnya adalah membeli di harga terendah dan itu merupakan saat yang tepat saat ini,” kata Nico.

Baca Juga: Enam saham ini menahan IHSG selama Agustus 2019

Ia merekomendasikan buy saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target jangka panjang Rp 10.047, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 4.674, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) Rp 6.444, TLKM Rp 4.713, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 9.005, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Rp 2.832, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) Rp 2.305.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×