Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Menurut Nico, apabila hasil dari pertemuan itu positif, maka IHSG dan indeks global lainnya akan menghijau. “Sebaliknya, jika tidak IHSG akan melemah hingga 6.185-6.270,” kata Nico.
Hingga akhir tahun, Nico memperkirakan IHSG bisa mencapai level 6.550. Sebaliknya, Herditya memprediksi IHSG akan cenderung bearish degan target akhir tahun di level 6.334. Pasalnya, menurut Herditya, banyak sentimen yang cenderung dapat menurunkan IHSG, seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan ekonomi global, serta isu resesi AS.
Oleh karena itu, Herditya mengatakan, investor bisa mengambil dua sikap, yaitu wait and see atau mengoleksi saham-saham defensif dengan kapitalisasi pasar yang besar, terutama untuk investasi jangka panjang. Ia merekomendasikan investor buy on weakness saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Baca Juga: Review IHSG: Cenderung Menguat, Meski Dilanda Aksi Jual Asing
Ia juga merekomendasikan investor untuk mulai membeli saham-sahm perbankan yang memiliki kapitalisasi pasar besar. Alasannya, saham-saham ini masih berpotensi tumbuh karena adanya penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebanyak dua kali dalam dua bulan ke belakang, dari 6% ke 5,57% kemudian turun lagi ke 5,5%.
Di sisi lain, Nico merekomendaiksn investor untuk fokus trading jangka pendek pada saham-saham yang memiliki pendapatan stabil dan liabilitas dalam jumlah yang tidak terlalu banyak (blue chip). “Kalaupun untuk jangka panjang, berarti fokusnya adalah membeli di harga terendah dan itu merupakan saat yang tepat saat ini,” kata Nico.
Baca Juga: Enam saham ini menahan IHSG selama Agustus 2019
Ia merekomendasikan buy saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target jangka panjang Rp 10.047, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 4.674, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) Rp 6.444, TLKM Rp 4.713, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 9.005, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Rp 2.832, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) Rp 2.305.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News