Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh level all time high pekan ini. Asal tahu saja, IHSG sempat ditutup di level 6.834,61 pada perdagangan Rabu (9/2).
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendraya mencermati, pergerakan IHSG masih berpotensi melanjutkan penguatan ke depan. Bahkan, IHSG bisa menyentuh level 7.000.
Kenaikan IHSG akan ditopang pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan akan membaik. Berkaca dari sebelumnya, pelonggaran Perberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat 2021 yang lalu mencapai 5%. Adapun secara setahun penuh, pertumbuhan ekonomi tercatat 3,69% di atas ekspektasi investor yang dipatok 3,3%.
Wawan mengatakan, IHSG juga akan terdorong oleh harga komoditas yang terus meningkat. Selain itu, pendapatan emiten di tahun 2021 cenderung meningkat sehingga membuka peluang IHSG untuk terus menguat. "Peluang IHSG 7.000 terbuka. Saya optimistis ini bisa dicapai di semester kedua 2022," ungkap Wawan kepada Kontan.co.id, Kamis (10/2).
Baca Juga: Wall Street Melemah Setelah Data Inflasi AS Mengalahkan Prediksi
Lebih lanjut Wawan menekankan, level tersebut diperkirakan baru akan tertembus di semester kedua 2022 karena IHSG masih dibayang-bayangi kenaikan kasus Covid-19 untuk saat ini. Varian baru Omicron dapat memicu gelombang baru Covid yang akhirnya mendorong pemerintah mengetatkan PPKM. Selain itu, berakhirnya eskalasi antara Rusia dan Ukraina juga dapat meneka harga komoditas sehingga bisa menyeret IHSG.
DI sisi lain, Analis Pilarmas Investindo Sekurtias Okie Setya Ardiastama mengamati, pergerakan IHSG saat ini ditopang oleh sentimen pemulihan ekonomi nasional. Menurutnya, kinerja perusahaan yang membaik mendorong kepercayaan diri pelaku pasar.
Adapun untuk saat ini, pelaku pasar cenderung fokus pada perkembangan pemulihan ekonomi di negara mitra dagang Indonesia. Selain itu, kebijakan fiskal di negara maju dan penyebaran varian Omicron juga dicermati karena bisa berdampak pada pasar keuangan dalam negeri.
"Sehingga kami menilai pergerakan IHSG terbatas pada kisaran 6.750-6.920 di kuartal pertama tahun ini," ujarnya kepada Kontan, Kamis (10/2).
Baca Juga: Top Holding Saham Perbankan Jadi Kunci Reksadana Ini Catatkan Kinerja Terbaik
Mempertimbangkan kondisi tersebut, Okie melihat saham infrastruktur, industri dasar, dan perbankan yang menjadi penopang penguatan IHSG. Dia menyarankan pembelian pada saham-saham seperti BBCA dengan target harga Rp 9.150 per saham, BMRI dengan target harga Rp 8.150 per saham, BRPT dengan target harga Rp 1.140 per saham, serta TLKM dengan target harga Rp 4.650 per saham.
Adapun Wawan berpendapat, dengan kondisi pemulihan ekonomi dan derasnya net buy investor asing, saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo (big caps) menjadi lebih atraktif. Khususnya, big caps perbankan.
Selain kapitalisasi pasar dan likuiditasnya yang baik, saham perbankan berpotensi mengalami pertumbuhan kredit, serta kehadiran bank digital sebagai katalis positif lainnya. Terhadap saham-saham perbankan, Wawan menyarankan untuk mengoleksi dengan time frame tiga tahun.
Baca Juga: IHSG Diramal Koreksi Lagi pada Jumat (10/2), Simak Pergerakan BSDE, MNCN, dan BBCA
Sementara itu, saham-saham batubara seperti ADRO dan ITMG dapat menjadi diversifikasi untuk jangka waktu yang lebih pendek, yakni enam bulan. Keduanya direkomendasikan dengan target harga Rp 2.500 per saham untuk ADRO dan Rp 26.000 per saham untuk ITMG.
Valuasi kedua saham itu belum mahal apabila memperhitungkan kenaikan harga batubara yang terpantau stabil. Asal tahu saja, untuk saat ini harga batubara masih di atas US$ 180 ton. Di sisi lain, saham-saham batubara juga mendapat katalis positif dari pembukaan larangan ekspor serta komitmen mereka dalam memenuhi ketentuan DMO.
Baca Juga: IHSG Turun 0,16% ke 6.823 Hingga Tutup Pasar Kamis (10/2)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News